Di
dunia perwayangan jawa terdapat tokoh yang bernama SEMAR. Daia adalah bapak
dari para “Punakawan” (Gareng, Petruk dan Bagong). Para punakawan (abdi
dalem/pekerja istana) ini ditugaskan untuk menjaga para pandawa sehingga
menjadi para pemimpin yang arif dan bijkasan. Konon katanya menurut cerita
pewayangan SEMAR adalah titisan dari Betara Narada yang diturunkan ke Bumi
untuk menjaga para pandawa untuk menebar pada kebajikan.
Semar
sendiri digambarkan seorang yang kerdil dengan perut buncit dan setiap kali
berbicara selalu mengankat tangannya sambil menununjukan jari telunjuknnya.
Jika semar sudah mengankatat tangan dengan menunjukkan jari telunjukknya, maka
tidak ada seorang Pandawa ataupun Punakawan menolak petuah-petuahnya. Semar
sendiri dalam cerita pewayangan merupakan merupakan sosok yang menarik. Dia
bukan seorang penasihat, akan tetapi Semar selalu dimintai endapat oleh para
Pandawa. Perkataanya yang sederhana akn tetapi sangat arif dan bijaksana.
Dalam
setiap pengabdiannya kepada pandawa, Semar selalu menanamkan nilai-nilai luhur
yang harus di bawa setiap langkah dalam pandawa. Ada dalam sebuah kisah, saat
itu para Kurawa (saudara Pandawa sekaligus musuh bagi Pandawa) ingin
memusnahkan pandawa dengan cara bermain dadu yang dalam pewayangan sering
disebut kisah “Balai Sigala-gala. Dimana para kurawa berencana membakar
hidup-hidup para Pandawa di sebuah rumah yang disebut Balai Sigala-gala. Para
pandawa yang masih berjiwa muda pada saat itu langsung menerima tantangan
kurawa untuk bermain dadu. Padahal, sang Semar kala itu sudah memberikan
anjuran bahwa janganlah kamu para pandawa untuk menrima tawaran itu, karena
akan membawa pada kecelakaan. Semar yang amat bijaksana dengan nada yang santun
sebagai abdi dalem para pandawa mengutarakan pendapatnya. Akan tetapi, para
pandawa tetap kras dengan kemauannya untuk menerima tantangan dari pra kurawa.
Dan pada akhiranya terjadilah peristiwa pembakaran para pandawa di Balai Sigala-gala.
Dengan pertolongan Bhatara guru para pandawapun diselamatkan dari kobaran api
Balai Sigala-gala.
Setelah
kejadian itu para pandawa sowan pada sang Semar untuk meminta maaf karena tidak
mendengarkan apa yang diperintahnya. Semarpun dengan kearifannya menerima
maafnya dan berjkata “Setiap tindakan itu memiliki resiko, kamu semua para
pandawa sudah menghadapi resiko itu dengan apapun yang akan terjadi dan akan
memberikanmu pengalaman baik-buruk di setiap jalan yang kamu pilih, saya
sebagai abdi dalem dan orang tua cuman bisa mengingatkan yang muda-muda supaya
menjalani resiko itu dengan benar”. Dari kejadian itu kewibawaan seorang semar
didepan momongannya sangat terlihat, dan itulah yang membuat para pandawa
selalu menuruti kata-kata dari seorang semar yang merupakan abdi dalem pandawa
selalu diikuti oleh para pandawa.
Dari
cuplikan cerita itu, meskipun pendapat seorang semar di tolak maka dia tetap
dengan rendah hati menerimanaya, karena beliau ingin mengajarkan pada para anak
didiknya untuk biarlah belajar maka dengan sendirinya dia akan tau baik
buruknya. Kebijakan dan kewibawaan semar didepan anak asuhnya selalu tercermin
dari sikapa dan tutur kata yang bijak, hingga para Pandawa dapat menjalankan
kehidupannya dengan nilai-nilai luhur.
Dari
sosok seorang Semar, dapat menjadi acuan bagi para pendidik ataupun pengajar.
Bahwa, dalam mendidik kebijaksanaan seorang guru amatlah penting. Seorang guru
yang bijak harus dapat membaca situasi untuk melakukan suatu tindakan dalam
setiap pengajarannya. Kebijakan seorang guru akan mendorong para siswanya untuk
menemukan nilai-nilai luhur norma-norma agama ataupun budaya. Meski pendapat
seorang semar terkadang tidak didengar, tak lantas dia marah akan tetapi
membiarkan Pandawa untuk melakukan keyakinanya itu sehingga menemukan kebenaran
dari sebuah pengalaman hidup. Menjadi seorang guru harus bersikap demokratis
tanpa menghilangkan kontrol dalam pengajaran. Memberikan kebebasan siswa untuk
berpikir mengelurkan pendapatnya sehingga siswa dapat menemukan makana dari sebuah
pemebelajaran. Tentunya, tanpa menghilangkan bimbingan dari seorang guru.
Kewibawaan
seorang guru juga harus dibangun didepan siswa-siswanya. Kewibawaan amatlah
penting. Guru yang wibawa akan memberikan pancaran positif bagi para siswa
sehingga apapun yang dilakukan guru akan dilakukan dengan benar oleh para
siswa. Kewibawaan tentunya bisa dimiliki oleh seorang guru dengan kearifan dan
bijaksana pada setiap tutur katanya. Memebrikan ketauladanan pada siswanya juga
bisa membangun kewibawaan seorang guru.
“Jadilah
guru yang berwibawa, bukan guru yang ditakuti oleh siswanya. Kerena kewibawaan
seorang guru akan membawa langkah siswa pada kebijaksanaan dan kearifan dalam
berpikir”
Oleh:
Samsul Maarif
Temukan tulisan terkait:
"Memaknai Alam Sebagai Upaya Menjadi Guru Teladan"
"Memaknai Alam Sebagai Upaya Menjadi Guru Teladan"
"Contextual Teaching and Learning with REACT Strate..."
"Sebuah Model Belajar dan Pembelajaran untuk Pembuk..."
"EUCLID dan KONSEP KESEJAJARAN"
"Memaknai Alam Sebagai Upaya Menjadi Guru Teladan"
"Contextual Teaching and Learning with REACT Strate..."
"Sebuah Model Belajar dan Pembelajaran untuk Pembuk..."
"EUCLID dan KONSEP KESEJAJARAN"
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!