Bagaimana Mengelola Galau (Stres) Akibat
Beban Kuliah Pada Mahasiswa
Galau
itu kata anak jaman sekarang ketika dirundung oleh masalah dan akibat dari
kegalaunnya tak urung membuat seseorang malas untuk berbuat sesuatu, selalu
kepikiran, susah makan, hingga pada menurunnya kesehatan badan.
Itu sekelumit berbincangan dari para orang yang katanya pernah mengalami kegalauan. Kegalauan sendiri cenderung diidentikan pada stres akibat tekanan adanya masalah (stressor) yang dihadapi oleh setiap orang dan tak lain tidak bukan dapat juga merasuk pada mahasiswa yang salah satu akibatnya adanya beban perkuliahan yang sangat amat berat.
Itu sekelumit berbincangan dari para orang yang katanya pernah mengalami kegalauan. Kegalauan sendiri cenderung diidentikan pada stres akibat tekanan adanya masalah (stressor) yang dihadapi oleh setiap orang dan tak lain tidak bukan dapat juga merasuk pada mahasiswa yang salah satu akibatnya adanya beban perkuliahan yang sangat amat berat.
Sudah
menjadi budaya dikalangan dunia kampus bahwa seorang mahasiswa di tuntut
kemandiriannya dalam belajar. Bagaimana tugas-tugas perkuliahan dapat
terselesaikan dengan baik tentunya menjadi misi utama bagi seorang mahasiswa.
Oleh sebab itu perlu trik-trik jitu untuk mengelola stres dalam belajar
sehingga hal positif yang muncul bukan sebaliknya sesuatu yang negatif.
Tidak
jarang ada mahasiswa yang mengalami ketakutan yang mendalam dalam menghadapi
semua tugas kuliah sehingga karena rasa takut yang berlebihan malahan fikiran
tidak jernih untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Akan tetapi tidak sedikit pula
mahasiswa yang menghadapi dengan biasa-biasa saja (santai). Bahkan karena
kesanytainnya tugaspun urung untuk dikerjakan. Kedua hal tersebut kesemuanya adalah imbas
dari stres yang negatif, sehingga bagaimna kita bisa mengelola stres yang baik
itu yang perlu dikembangkan bagi setiap mahasiswa.
Pengertian
Stres
Maria
Etty (2004) mengungkapkan stres adalah reaksi manusia baik fisik maupun
psikologis terhadap stressor ( sumber stres ), dimana reaksi tersebut merupakan
upaya penyesuaian terhadap gangguan keseimbangan diri. Tuntutan yang diberikan
dosen mau tidak mau, suka atau tidak suka mahasiswa harus menjalankannya
sebagai kewjiban menjalankan tugas dari dosen. Apalagi kalau tugas tersebut
sangat menentukan sebagai bahan nilai akhir. Ketika tuntutan yang dihadapi mahasiswa
tidak seimbang dengan kemampuan untuk menghadapi tuntutan tersebut biasanya mahasiswa
akan bereakasi secara fisik (misalkan: telapak tangannya berkeringat dan kepala
akan merasa pusing) dan psikologis ( misalkan: konsentrasi berkurang ). Reaksi
fisik dan psikologis tersebut adalah upaya seorang untuk beradaptasi dengan
sebuah tuntutan sehingga akan tercapai keseimbangan diri siswa.
Stres
sendiri bisa berpengaruh positif atau negatif bagi setiap orang, dan seberapa
tingkat stres pada setiap orang dalam menghadapi masalah tentunya berbeda. Hans
sely ( Ed Boenisch) membedakan stres menjadi dua yaitu stres yang merusak (distress)
dan stres yang menguntungkan (eustress). Stres yang merusak dapat
mengakibatkan mahsiswa merasa tidak berdaya, kecewa dan dapat mengakibatkan
kerusakan fisik dan psikologis. Sedangkan jenis stres yang menguntungkan dapat
memberi rasa keberhasilan, kepuasan dan kebermaknaan. Siswa akan lebih
termotivasi untuk belajar jika stres yang dialami termasuk dalam stres yang
menguntungkan.
Bagaimana
Mengelola Stres Belajar?
Dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai konsekuensi yang timbul akibat stres
tugas belajar pada mahasiswa, maka perlu kiranya suatu upaya mengelola stres
bagi mahasiswa. Tujuan dari mengelola stres belajar pada intinya adalah untuk
merubah intensitas stres yang berlebihan akan berkurang sampai pada batas
normal. Tingkat stres belajar yang normal akan mendorong mahasiswa kembali
berkonsentrasi untuk belajar dan pada akhirnya memperoleh hasil belajar
matematika yang memuaskan.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi mahasiswa dalam menghadapi stres
akibat beban perkuliahan:
1.
Mengembangkan
pemikiran rasional
Menurut
Poespoprodjo (1989) Pemikiran rasional adalah suatu penjelasan yang menunjukkan
kaitan atau hubungan antara dua hal atau lebih, yang atas dasar alas an-alasan
tertentu dan langkah-langkah tertentu sampai pada suatu kesimpulan. Dalam hal
mengelola stres pemikiran rasional dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengembangkan proses analisis sebagai upaya pencapaian alternatif pemecahan
masalah dalam belajar. Dengan begitu banyaknya beban - beban perkuliahan, tentunya
kemampuan analisis dalam setiap situasi perlu dikembangkan sehingga dapat
mengidentifikasi mana hal yang prioritas diselesaikan.
Tentunya
pemikiran rasional juga harus diikuti dengan kesabaran. Kesabaran akan
menjadikan kita lebih jernih dalam menghadapi sesuatu. Dengan kesabaran pula
menjadikan kita selalu berpikir positif. Masalah akan terasa nikmat jika
disandingkan dengan rasa sabar.
2.
Rileksasi
Tak
ubahnya dengan mesin otak manusia juga perlu rileks untuk mengendorkan
syaraf-syaraf otak sehingga ketegangan yang terjadi bisa teratasi. Rileksasi
sendiri dapat kita lakukan dengan hal-hal yang kita senangi misalkan: bermain
musik, nonton film, mendengarkan musik dan lain sebagainya. Akan tetapi, jangan
jadikan rilkeksasi sebagai ajang bermalas-malasan.
Rileksasi
yang paling efektif adalah dengan mendekatkan diri pada Alloh. Sedangkan Ari
ginanjar (2004) berpendapat kita perlu relaksasi dengan melakukan shalat,
mendengarkan sura hati yang acap kali meberikan bisiskn-bisikan Ilahiah, menyabutnay
dengaan kejernihan pikiran sehingga kita akan menjadi peka kembali. Tidak
jarang siswa mau menyedikan sedikit waktu untuk memberikan kesempatan itu,
akibatnya hati menjadi tuli, dan tak lagi mampu belajar untuk menyelesaikan
tugas-tugas kuliah dengan hati serta pikiran yang jernih. Umumnya siswa merasa
emosi ketika tidak sanggup lagi mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh
guru sehingga emosi nsiswa meledak hingga sampai titik jenuh, barulah ketika
itu siswa menyadari kesalahan tersebut dengan perasaan sesal. Namun, pada hari
berikutnya kesalahan untuk tidak memberikan ruang relaksasi bagi hati itu akan
kembali diulang.
3.
Mewujudkan
rasa percaya diri
Merupakan
salah satu faktor yang paling utama yang akan menentukan sukses tidakanya
seorang mahasiswa adalah apa yang kita sebut percaya diri. Seseorang meskipun
tergolong sangat cerdas akan tetapi jika percaya dirinya rendah, bukan mustahil
akan bisa memperoleh hasil yang buruk dengan apa yang dikerjakannya. Pada saat
yang sama seseorang dengan tingkat kecerdasan rata-rata tetapi percaya dirinya
sangat tinggi akan mampu meraih kesuksesan besar.
Teringat
pada film “Three Idiot” dimana si raju rastogi yang memiliki sifat penakut
mengalami depresi yang kuat akibat ketakutan menghadapi seluruh beban
perkuliahan. Padah si raju rastogi adalah anak yang cerdas sebelumnya. Akan
tetapi, karena rasa percaya diri tidak ada makan yang timbul adalah rasa
ketakutan yang berlebihan. Berbanding terbalik dengn Rancho yang memiliki rasa
percaya diri yang tinggi diapun bisa menggapai nomor satu. Itu sedikit gambaran
bagaimana pentingnya rasa percaya diri bagi setiap orang khususnya bagi para
mahasiswa. Apalagi mahasiswa di tuntut untuk mempresentasikan karyanya di
dedepan perkuliahan.
Thurstan
(2005) berpendapat percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang dimiliki dan keyakinan tersebut membuatnya merasa
mampu untuk bisa mencapai tujuan dalam hidupnya. Adapun ciri orang yang percaya
diri adalah: selalu bereaksi positip menghadapi berbagai masalah, optimis
terhadap hasil pekerjaan, mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai, selalu
bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu. Hal tersebut yang seyogyanya harus
dimiliki oleh setiap mahasiswa.
4.
Mengelola
waktu dengan tepat
Jadwal
kegiatan yang padat dapat menyebabkan stress bila mahasiswa tidak dapat
mengaturnya dengan tepat. Dan hal ini mengajarkan pada mahasiswa betapa penting
mengelola waktu dengan tepat. Menurut jane marie (2007) untuk mengelola waktu
belajar, siswa diharapkan melakukan hal-hal sebagai berikut: mengatur waktu
yang seimbang antara kegiatan belajar dengan bermain ataupun kegiatan lain yang
berhubungan dengan aktivitas diluar kampus, sesi belajar harus tetap di bawah
satu jam dari waktu yang ada dan pastikan jam tidur cukup antara 7 sampai 8 jam
perhari.
Dalam
mengatur waktu belajar tidak perlu lama yang terpenting adalah intensitasnya
yang diperbanyak. Luangkan waktu 10 menit untuk menengok buku-buku yang perlu
kita baca untuk menambah wawasan tentang perkuliahan.
Demikian
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi kegalauan (stres) dalam
menghadapi beban perkuliahan. Semoga mennjadi wawasan sehingga kita lebih baik
lagi dalam mengelola stres yang terjadi dalam diri kita.
“MESKIPUN GALAU HATI HARUS TETAP GEMBIRA”
Samsul Maarif
Daftar Pustaka
Maria Etty, Mengelola Emosi, 2004, Jakarta: PT. Gramedia
Ed Boenisch dan C.Michele Hanay,The
Stress Owners Manual, 2005, Jakarta, PT.Grasindo
Poespoprodjo, 1989, Logika Ilmu Menalar, Bandung: Remanja Karya
Albana, Jane Marie, Sulit Belajar?Langkah Praktis Mengatasi Stres
Belajar Pada Anak Anda, 2007
Hakim, Thurstan, 2005, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta:
Puspa Swara
Ary, Ginanjar, 2006, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual, Jakarta: Penerbit Arga
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!