Ketika
Seorang Santri Belajar Matematika
Santri
dalam perumpamaan jawa adalah seseorang yang sedang menuntut ilmu di sebuah
pondok pesantren untuk menggali ilmu agama. Akan tetapi, dalam pondok pesantren
juga tidak melarang para santrinya untuk menggali ilmu umum ataupun bersekolah
di sekolah umum sesuai dengan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seorang
santri.
Bahkan, di era saat ini banyak pondok pesantren yang menyelenggarakan pula kurikulum pendidikan seperti di sekolah pada umumnya dengan tanpa meninggalkan materi-materi agama yang biasanya dinamakan pondok pesantren modern. Berbeda dengan pondok pesantren modern, pondok pesantren salaf hanya menyelenggarakan pendidikan agama dan untuk pendidikan umumnya para santri mengikutinya di sekolah-sekolah sekitar pondok pesantren.
Bahkan, di era saat ini banyak pondok pesantren yang menyelenggarakan pula kurikulum pendidikan seperti di sekolah pada umumnya dengan tanpa meninggalkan materi-materi agama yang biasanya dinamakan pondok pesantren modern. Berbeda dengan pondok pesantren modern, pondok pesantren salaf hanya menyelenggarakan pendidikan agama dan untuk pendidikan umumnya para santri mengikutinya di sekolah-sekolah sekitar pondok pesantren.
Layaknya
siswa yang sedang bersekolah di sekolah umum faisal yang seorang santri juga
mendapatkan materi pelajaran matematika. Waktu itu setelah menjalankan sholat subuh
yang kemudian dilanjutkan dengan mengaji kitab faisalpun bergegas bersiap-siap
untuk berangkat sekolah. Faisal yang saat itu nyantri di Pondok Pesantren Salaf
Al-Hikmah di salah satu desa di Jawa Tengah. Dengan berjalan kaki faisalpun
berjalan kaki ke sekolah yaitu di sebuah SMP Negri. Faisal ini sangat amat
menyukai mata pelajaran matematika bukan karena bisa menghitung, bukan pula
karena bisa menhafal semua rumus matematika tapi faisal suka matematika karena
keunikannya.
Menurut
faisal yang saat itu baru saja masuk sebagai siswa kelas IA, belajar matematika
koq sama yah dengan belajar ilmu alat (Ilmu tentang tata bahasa arab). Dalam matematika
terdapat banyak rumus dan ia samakan dengan Nadlom (aturan-aturan pada
ilmu alat yang di tuliskan dalam bentuk lirik) yang memang harus di hafal oleh
setiap santri yang lagi belajar ilmu alat. Dari situlah faisal sangat amat
menyenangi matematika.
Pukul
7.30 belpun berbunyi faisalpun bergegas untuk masuk kelas. Waktu itu mata
pelajaran pada jam pertama matematika, seperti biasanya faisal langsung duduk
di bangku paling depan. Tak berapa lama bu Siti Rofiah datang. Beliau adalah
guru matematika untuk kelas 1. Setelah berdoa sebelum belajar bu Siti pun
menyampaikan materi yang akan di dipelajari pada hari ini yaitu tentang
Bilangan Bulat dan Operasi Bilangan Bulat.
Bu
Siti memulai memperkenalkan macam-macam bilangan dari bulat yang ada didalamnya
bilangan bulat negatif, bilangan nol dan bilangan bulat positif. Pada saat bu
siti menerangkan tentang bilangan positif yaitu bilangan yang dimulai dari 1,
2, 3, 4, . . .adalah bilangan asli. faisalpun mengajukan pertanyaan pada bu
siti.
Faisal:
“bu apakah rukun islam, rukun iman itu bilangan asli juga bu?”
Bu
Siti: “Kenapa kamu bertanya seperti itu?”
Faisal:
“Iya kan rukun islam itu ada 5, rukun iman ada 6, 5 dan 6 kan bilangan..iya kan
bu?”
Bu
Siti: Sambil sedikit tersenyum bu sitipun menjawabnya. “iyah faisal 5 dan 6
adalah sebuah simbol bilangan asli yang menunjukkan banyaknya rukun islam ada 5
dan banyaknya rukun iman ada 6, 5 dan 6 itu simbol bilangan yang menunjukkan
banyaknya rukun ilsam dan rukun iman jadi bukan rukun islam ataupun rukun iman
yang disebut bilangan”
Faisal:
“Hmmmmmm.....tapi di rukun islam kan ada yang ke-1, 2, 3, 4, 5...apakah di
bilangan 5 itu diadalamnya ada bilangan 1, 2, 3, dan 4 bu?”
Bu
Siti: sambil berpikir sejanak.”Bukan diadalam bilang 5 ada bilangan 1, 2, 3,
dan 4 tapi itu adalah urutan untuk membilang sesuatu yang menunjukkan jumlah
dimulai dari urutan terkecil di mulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya sampai
bilangan yang kita bilang terakhir faisal”
Faisal:
“Hmmmm.......”. (agak sedikit bingung)
Bu siti:
“Jadi gini faisal urutan rukun islam itu dimulai dari 1. Membaca dua kalimat
sahadat, 2. Menjalankan Sholat, 3. Mengeluarkan zakat, 4. Puasa di bulan
ramadhan dan 5. Menjalankan haji bagi yang mampu. nah kalo di situ simbol 1, 2,
3, 4, 5 kita sebut dengan angka atau nomor”
Faisal:
“Owhhh...emang beda ya bu”?
Bu
Siti: “Kata nomor biasanya dipake untuk menunjukkan satu atau lebih
angka yang melambangkan sebuah bilangan bulat dalam suatu barisan
bilangan-bilangan bulat yang berurutan. Misalnya seperti contoh tadi faisal
dalam rukun islam. Contoh lain faisal “nomor 5” menunjukkan salah satu posisi
urutan “angka 5” dalam barisan bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5,
6, . . . . Sedangkan dalam barisan bilangan 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, dan
setrusnya “nomor 5” menunjukkan posisi urutan untuk angka 10. Jadi, kata nomor
sangat erat kaitannya dengan urutan, sedangkan bilangan menunjukkan banyaknya
rukun islam itu 5 jadi menunjukkan bilangan, paham faisal..?”
Faisal:
“paham bu jadi pada rukun islam “membaca dua kalimat sahadat itu” menunjukkan
no.1 yang artinya itu merupakan urutan pertama. Sedangkan Menjalankan ibadah
haji merupakan urutan ke 5 dari rukun islam”
Bu
Siti: “iya beanr...” (sambil tersenyum)
Faisal:
“pantesan kata pak kyai rukun islam tidak boleh di tukar-tukar bu urutannya
karena itu sudah ketentuan Alloh bu urutannya”
Semua
siswa: tertawa...
Bu
siti: “Iyah memang kalau dicermati dalam Al-Quran bahsa di dalam alquran
mengisyaratkan juga pada bahasa matematis seperti contoh tadi tentang urutan
rukun islam. Dab hal itu terus berlangsung sampai saat ini. dan tugas kita sebagai manusia untuk mengungkapnya”
Sejak
saat itu faisal makin kagum dengan matematika ternyata belajar matematika tidak
hanya belajar angka-angka ataupun simbol-simbol saja akan tetapi bisa belajar
lebih mendalam tentang konsep-konsep yang ada di Alqur’an.........
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!