Monday, December 24, 2012

Sekilas Tentang Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika

Karakter suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas karakter sumber daya manusia (SDM) bangsa tersebut, karenanya karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Kondisi pendidikan di sekolah sekarang ini cenderung mengembangkan aspek kognitif siswa, dimana aspek selain kognitif seperti afektif kurang mendapat perhatian bahkan terabaikan.
Sehingga kebanyakan siswanya walau mempunyai nilai yang tinggi tapi belum menjamin memiliki sikap yang baik.
 
Masih terngiang dipikiran kita peristiwa tawuran antar siswa SMA di ibu kota yang mengakibatkan terenggutnya nyawa. Seorang siswa ataupun sering disebut pelajar seharusnya segala tindak lagunya mencermunkan seseorang yang terpelajar yang mengutamakan otak dan intelektualitasnya untuk berekspresi. Bukan sebaliknya, atas dasar berkespresi malahan bertingkah brutal melanggar norma-norma yang berlaku. Memang peristiwa itu terjadi setelah jam pulang kuliah ataupun di luar lingkungan sekolah. Tapi, apakah karena peristiwa itu di luar sekolah dan diluar jam sekolah maka pihak sekolah lepas dari tanggung jawab?tentunya tidak serta merta seperti itu kondisinya.

Apakah ini memang karakter dari siswa-siswa di ibu kota ini? tentunya terlalu dini untuk menyimpulkan seperti itu. Mungkin hanya segelintir siswa saja yang mempunyai karakter seperti itu. Masih banyak juga siswa-siswa yang berperilkau baik dalam lingkungan sekolah atupun luar sekolah. Namun demikian, tentunya tidak serta merta kita melupakan kejadian tersebut. Karena dari hal yang sedikit itu mungkin bisa jadi membudaya dan bukan tidak mungkin sikap brutal menjdi identitas atau karakter dari siswa kita. Tentunya kita semua tidak mau hal itu terjadi.
Sekolah yang merupakan tempat penempaan bagi siswa-siswanya baik secara koqnitif dan afektif harus mempunyai trik-trik jitu. Sekolah harus menerpakan pendidikan yang seimbeng antara pengembangan aspek koqnitif dan aspek afektif siswa. Tentunya pihak sekolah harus melakukan pembenahan dalam hal pengajaran ataupun kegiatan-kegiatan kesiswaan yang berorientasi kreasi siswa.

Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk pembangunan karakter siswa adalah guru. Dalam proses pengajaran guru menjadi tombak untuk membangun sikap dan koqnitif siswa. Tentunya guru yang meru[akan pendidik dan pengajar tidak hanya emberikan materi pelajaran semata tapi bagaimna membentuk sikap siswa itu jauh lebih penting. Dalam hal ini, guru dituntut menjadikan siswa pintar secara akal sekaligus pintar secara sikap. Sehingga perlulah dikembangan pembelajaran yang bisa memberikan kontribusi positif dalam pembentukan karakter siswa, salah satunya matematika.

Tidak jarang ditemukan guru matematika yang ketika mengajar hanya memberikan materi semata tanpa memberikan nilai atau esensi dari konsep matematika. Memang pemerintah menggalakan pendidikan karakter sehingga mewajibkan setiap gurunya untuk mengembangkan karakter pada setiap materi yang diajarkan. Tapiaa pa yang terjadi, itu hanya dilakukan oleh guru sebagai sarat administratif dalam bentuk tulisan-tulisan saja yang dituangkan di RPP. Dalam pelaksanaanya, nilai apa yang terkandung pada konsep matematika kurang mengena pada siswa.

Dalam mengembangkan karakter apa yang dapat ditumbuhkan pada siswa pada bidang mata pelajaran matematika tentunya seorang guru harus mengenal karakteristik dari setiap konsep matematika. Karakteristik apa yang terkait dengan karakter atau sifat manusia. Jika kita tau karakteristik matematika yang memiliki hubungan erat dengan sifat dari manusia, tentunya kita dapat mengembangkan sebuah pengajaran matematika dengan menanamkan nilai-nilai dari setiap konsep matematika. DAmpak karakteristik dari konsep matematika itu apabila ditanamkan dalam kehidupan siswa tentunya akan berdampak positif  terhadap sikap siswa.

Menurut Abdussyakir (Fathani, 2009) dampak positif pembelajaran matematika yang berkaitan dengan sikap terpuji atau akhlak mahmudah adalah sebagai berikut:

1.      Sikap Jujur, Cermat dan Sederhana

Matematika yang jamak orang menyebutnya ilmu hitung adalah ilmu yang berkaitan dengan proses hitung menghitung. Dalam proses perhitungan untuk menentukan hasil dari jawaban menggunakan teorema ataupun defisnisi dibutuhkan sikap ketelitian, kecermatan dan ketepatan. Setelah didapatkan hasilnya tentu kita memerlukan proses pengecekan dari langkah-langkah yang telah kita lakukan. Apakah langkah-langkah tersebut sudah sesuai dengan teorema atau tidak. Jangan sampai langkah yang kita buat melenceng dari teorema sehingga tentunya jawaban akan salah. Oleh sebab itu, perlu ketelitian dan kecermatan.

Dalam matematika juga terdapat prisndip kejujuran. Dimana ketika kita melakukan proses dalam matematika dan tidak sesuai dengan prinsip tau teorema-teorema yang ada tentunya pekerjaan kita akan salah. Dan seseorang tidak dapat mengelak itu ataupun berkilah dengan dasar diluar matematika untuk membenarkan hasil pekerjaan yang salah tadi. Sebaliknya, seseorang tidak dapat menyalahkan sebuah definisi atau teorema yang sudah terbukti kebenarannya untuk mencapai tujuan dari perhitungan yang diinginkan oleh seseorang. Seperti contoh:
Jika dalam matematika sudah menyepakati bahwa -2 x 4 = -12, tentunya tidak boleh membenarkan -2 x 4 = 12. Dengan dalih apapun seseorang tidak dapat membantah itu karena tujuannya adalah menghasilkan 12.

Disamping itu, dalam matematika juga mengajarkan prinsip kesederhanaan yang artinya seefektif mungkin menggunakan langkah-langkah untuk menuju pada hasil yang benar. Kita sering dengan adanya perhitungan cepat. Tentunya dalam perhitungan cepat tidak mengabaikan langkah-langkah atau prinsip sesuai dengan teorema. Tapi, tentunya ketika seseorang yang sudah faham dapat melangkah lebih jauh dari setiap langkah itu yang terpenting tidak menyalahi aturan yang ada dalam matematika. Seperti contoh:
Dalam opersai bilangan 25 x 25 = . . .?
Ada orang yang menjawabnya dengan langkah:
        25
        25  x
      125
      50     +
      625
Akan tetapi bagi seseorang yang sudah mengetahui sifaf-sifat perkalian bilangan 5 langsung menjawabnya:
25 x 25 = (2x3) 25 = 625
Jawaban yang kedua lebih tepat dan lebih hemat waktu akan tetapi perlu mengetahui sifat dan prinsip matematika.
 
2.      Sikap Konsisten dan Sistematis Terhadap Aturan

Matematika adalah ilmu yang didasarkan pada kesepakatan-kesepakatan yang sistematis dan dari kesepakatan itu seseorang yang bekerja dengan matematika harus mentaatinya. Sebagai contoh kalau dalam matematika jumlah sudut dalam segitiga = 1800 dalam geometri euclid. Tentunya kita harus mentaatinya untuk membuktikan kebenaran selanjutnya. Kita tidak boleh menabrak kesepakatan itu kalau tidak mau dibilang salah.

Aturan-aturan dalam matematika itu tersusun rapi secara sistematis mulai dari defini ataupun kebenaran pangkal yang tidak perlu pembuktian karena sudah terbukti kebenarannya. Kemudian adanya teorema yang merujuk pada sebuah definisi harus dibuktikan kebenarannya. Teorema akan menimbulkan sebuah akibat yang disebut Lemma ataupu Corollary.

Tidak hanya itu pada bagian-bagian  matematika juga sudah tersusun rapih secara sistematis seperti contoh pada konsep bilangan: bilangan kompleks didalamnya terdapat bilangan real dan imajiner. Dalam bilangan real ada bilangan rasional dan irrasional. Didalam bilangan rasional terdapat bilang bulat dan pecahan. Dari contoh tersebut matematika sangat sistematis dan harus ditaati dalam proses pengerjannya

Menjadi seorang pemimpin harus berpegang pada kebenaran dari aturan yang sistematis dan konsisten menjalankannya. Amanah yang diberikan oleh rakyat harus dijalankan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh rakyat. Konsistensi itu harus selalu ada pada konsisi apapun.

3.      Siakap Adil

Dalam matematika terdapat prinsip keadilan dalam hal sebuah persamaan. Seperti contoh:
2x + 5 = 15,  tentukan nilai x! (solusi dari persamaan)
untuk mencari solusi dari persamaan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
      2x + 5 = 15
2x + 5 – 5 = 15 – 5
            2x = 10
            2x = 10
             2       2
              x = 5
Kalau kita lihat operasi pada ruas kiri harus sama dengan ruas kanan. Jadi dalam pengerjaanya terdapat prisnsip keadilan dalam matematika.

4.      Sikap Tanggung Jawab

Dalam matematika ada yang dinamakan proses pembuktian baik secara induktif ataupun deduktif. Dalam proses pembuktian terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dan semuanya itu didasarkan pada kebenaran dan alasan yang kuat. Seperti contoh: untuk membuktikan Luas Daerah Segitiga = ½ * alas * tinggi kita memerlukan langkah-langkah yang terkait misalkan salah satunya dengan menggunkan teorema phytagoras yang sudah dibuktikan kebenarannya. Jadi, untuk membuktikan lluas daerah segitiga tersebut dalam langkahnya kita memilih menggunakan teorema phytagoras karena alasan yang kuat yaitu sudah terbukti kebenarannya dan terkait dengan prinsip-prinsip segitiga.

5.      Sikap Percaya Diri dan Tidak Mudah Menyerah

Sikap percaya diri amat sangat dibutuhkan oleh siswa. Seorang siswa akan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik bila memiliki kepercayaan terhadap kemampuan yang dimilkinya. Dalam atematika sendiri untuk menyelesaikan sebuah persoalan matematika dituntut untuk percaya diri dalam mengerjakannya. Biasanya dalam pembelajaran matematika tidak jarang siswa yang suka mencocok-cocokan jawabannya dengan jawaban temannya. Dengan alasan apakah jawabannya itu benar. Tapi, terkadang karena kurang percaya dirinya siswa tersebut ketika jawabannya berbeda dengan temannya bukan malah termotivasi untuk mencari jawaban yang benar tapi sebalikanya rasa menyerah. Siswa tersebut merasa jawabannya salah dan yang timbul menyontek jawaban temannya yang belum tentu benar.

Yang perlu dikembangkan da;am pembelajran matematika terkait dengan sikap rasa percaya diri aadalah biarkan siswa berkreasi dengan jawabannya menurut kemampuannya. Jika terjadi kegagalan dalm mencari hasil jawaban, guru memberikan scaffolding ataupun bantuan sehingga memotivasi siswa untuk mencari jawaban yang benar. Jika kegiatan itu dilakukan terus menerus tentunya sikap tidak mudah menyerah pada siswa akan terbangun. Siswa akan terus mencari dan mencari jawaban dari permasalahan sehingga mereka mendapatkan hasilanya. Rasa tidak mudah menyerah tersebut akan menimbulkan kepercayaan diri pada diri siswa.

Jadi, dalam pembelajaran matematika sangat penting utnuk membentuk pribadi yang berkualitas. Jika guru dapat menentukan karakteristik dari setiap konsep matematika tentunya guru akan lebih mudah mengembangkannya dalam setiap proses pembelajaran. Guru dapat menciptakan disein pembelajaran dengan mengkombinasi nilai-nilai yang terkandung di setiap konsep matematika. Sehingga, pendidikan karakter tidaka hanya dituliskan sebagai sarat administratif saja, tapi benear-benar nilai karakter sikap siswa juga dapat terbangun dengan baik.


Daftar Pustaka
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat & Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Hamalik, Oemar.2010.Proses Belajar mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Oleh: Samsul Maarif





No comments:

Post a Comment

Mohon komentarnya....!

Pendidikan

Analisis Data Statistik dengan SPSS


Tinggalkan Pesan dan Kesan Anda di Buku Tamu

Komentar Terbaru