Meluangkan waktu untuk berpikir
merenenungkan sisi-sisi kehidupan adalah bagian dari kehidupan seseorang yang
cinta akan kehidupannya. Dalam segala hal yang kita rasakan di alam dimana kita
bisa menghelai nafas panjang dari bangun tidur sampai kita menuju alam mimpi
akan ada banyak hal yang harus kita maknai. Penting kiranya kita dapat memaknai
alam, lingkungan, hal-hal yang terjadi sebagai sarana menunjukkan rasa iman
kita terhadap Alloh yang menciptakan segala hidup dan kehidupan.
Alloh memberikan manusia dengan
segala disiplin ilmu pengetahuan. Dengan pengetahuan yang dimiliki manusia maka
tatanan peradaban manusia menjadi lebih modern dengan segala kemajuan
tekhnologinya. Akan tetapi, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sayangnya
menjadikan manusia lupa akan fitrahnya yaitu menhambakan didinya kepada
Tuhanya. Bahkan tidak jarang manusia yang dengan sadar menuhankan ilmu
pengetahuan ataupun kemajuan tekhnologi. Sesekali kemajuan tekhnologi dijadikan
indikator sebuah keberhasilan yang luar biasa dan selalu dijadikan yang
terdepan tanpa memaknai nilai-nilai dari kemajuan tekhnologi tersebut.
Kita sebagaimanusia yang
membidangi disiplin ilmu masing-masing hendaknya dapat menjadikan ilmu yang
kita miliki untuk menyingkap keagungan dan kekuasaan Alloh. Apalgi sebagai
seorang pendidik di bidang apapun yang akan berhadapan dengan siswa yang harus
kita bentuk mindset menjadi siswa yang tau akan nilai-nilai yang
datangnya dari Alloh. Seorang guru tidak hanya dapat dengan cakap mentransfer
ilmu, akan tetapi bagaimana dengan ilmu yang akan diajarkan dapat menanamkan
nilai-nilai luhur budaya, moral ataupun nilai-nilai agama. Seperti apa yang di
katakan baginda Rosululloh SAW “Sampaikanlah walaupun satu ayat”.
Salah satu bidang ilmu yang dapat
kita jadikan refleksi untuk dapat diambil nilai-nilai kehidupan adalah bidang
ilmu matematika. Sering kita jumpai orang yang menganggap bahwa matematika
cuman ilmunya orang yang suka berhitung dengan rumus-rumus yang membingkan
karena keabsrakannya. Matematika juga sering dikenal dengan ilmu yang banyak
simbol tanpa diikuti dengan makna dari simbol-simbol tersebut.
Untuk topik kali ini penulis
mencoba mengangkat tentang konsep limit. Dalam sebuah perkuliahan, penulis
menanyakan kepada mahasiswa dari beberapa kelas yang diajarkan oleh penulis.
Adapun pertanyaanya sederhana:
“Dalam sebuah barisan bilangan
asli yaitu 1, 2, 3, 4, . . . . Barisana
tersebut berhingga atau tak hingga?”
Dari pertanyaan tersebut hampir
seluruh mahasiswa menjawabnya “tak berhingga”. Kemudian penulis melanjutkan
kepertanyaan berikutnya.
Kemudian penulis bertanya pada
mahasiswa “adakah di dunia ini yang tak berhingga?bukankah sifat tak hingga itu
hanya sifatnya Alloh?”
Mahasiswapun sedikit ketawa
karena tidak terpikirkan oleh mereka. Kemudian penulis menjelaskan bahwa bahwa
pada barisan bilangan asli akan berhingga sampai n atau 1,2,3,....,n. berapa
nialai n nya? tergantung sampai mana kita mau akan tetapi manusia tidak mampu
menjawabnya karena hanya Tuhan yang tau. Kemudian penulis menerangkan itu yang
dinamakan konsep limit. bahwa barisan tersebut akan mendekati tak hingga.
Makna apa yang dapat kita petik
dari konsep di atas, bahwa kehidupan di dunia ini tidak lain dan tidak bukan
dengan kata keabadian ataupun kekekalan karena kedua sifat tersebut hanya
dimiliki oleh Tuhan. Pemikiran manusia hanya dapat mengagungkan sifat Tuhan
dengan segala Ilmu yang dimilikinya. Dengan ilmu yang dimilikinya hendaknya
kita dapat lebih mempertebal keimanan kita bukan malah sebaliknya kita makin
jauh dari Tuhan karena merasa bahawa kita dapat menyelesaikan segala
permasalahan kita dengan ilmu yang kita milki. Perlu diingat bahwa manusia
adalah makhluk yang berdimensi, eksistensi setiap makhluk yang berdimensi akan
terbatas. Pemikiran manusia hanya dapat mencapai sedikit dari bukti kekuasaan
Alloh SWT.
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!