Wednesday, September 5, 2012

Filsafat Pribadi Tentang Pendidikan


Seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwanya, ada misi untuk mengantarkan mereka (anak didiknya) kepada kehidupan yang lebih baik secara intelektualdan sosial bukan sekedar karena profesi gurulah pekerjaan yang paling mudah didapatkan. Maka ia akan bisa mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan, kemuliaan, dan keislamanyang besar dalam dada setiap muridnya, bahkan sesudah ia meninggal.
Guru yang mengajar dengan mental seorang pendakwah sekaligus pengasuh, bukan dengan mental tukang teriak untuk mendapat upah bulanan bernama gaji, akan mampu menyediakan cadangan energi agar tetap lembut menghadapi murid yang membuat kening berkerut. Hal itulah yang menjadikan saya berpandangan bahwa seorang guru sangatlah mulia, maka saya bercita-cita menjadi seorang guru karena selain saya bisa bermanfaat bagi orang lain, tapi juga bisa menjadi bekal di alam akhirat nanti yaitu ilmu yang bermanfaat.

Setelah tamat SMK saya memilih jurusan pendidikan matemtika di Fakultas Ilmu keguruan dan Ilmu Pendidikn Uiversitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka (UHAMKA). Saya memilih jurusan ini karena dalam diri saya setidaknya sudah tertanam kesenangan pada mata pelajaran matematika. Hingga saya lulus saya langsung di perbantukan menjadi tenaga pengajar di kampus saya UHAMKA. Setidaknya cita-cita saya untuk menjadi guru tidaklah meleset karena dosen juga merupakan pendidik bagi mahasiswa-mahasiswanya yang tak lain dan tak bukan sama seperti seorang siswa.

Terbesit sebuah tujuan dalam saya mengajar matematika yaitu saya ingin menjadikan seorag mahasiswa yang memiliki skill terhadap konsep-konsep matematika hingga dia keak nanti ketika menjadi seorang guru dia juga bisa menerapkan konsep-konsep yang saya berikan dalam perkuliahan terhadap siswa-siswanya. Tapi, hal tersebut tidak sempurn apabila tidak diimbangi dengan ilmu agama maka dalam mengajar saya selalu menyelipkan filosofi dari konsep-konsp matematika seuai dengan nilai-nilai agama ilam. Ini dimaksudkan bahwa, belajar matematika tidak hanya belajar entang bilangan-bilangan atau angka-angka. Akan tetapi, makna apa yang tersirat dalam angaka-angka atau aksioma-aksioma dalam matematika. Dengan demikian mahasiswa selain belajar tentang kosp-konsep matematika, mereka juga bisa mmahami tntang nilai-nilai agama yang dapat dipetik dari matematika.  

Matematika sebagai “Queen of Science” atau ratunya ilmu patutlah harus dimiliki oleh setiap manusia. Karena, matematika selain dibutuhkan sebagai salah satu alat yang diterapkan pada disiplin ilmu, matematika juga mengajarkan pada setiap manusia bagaimana cara berlogika dengan menggunakan nalar yang dimilikinya. Logika berpikir inilah yang sangat penting dalam diri manusia, karena jika mahasiswa dapat menggunakan logika berpikirnya dengan benar maka semua tidakan selalu didasarkan pada akal sehat. Dengan sendirinya, moral setiap mahasiswa dapat dibangun memalui  logika dengan asal sehat. Pada dasarnya setiap perkuliahn yang saya ajar saya menekankan pada bagaimana pentingnya moral bagi mahasiswa yang notabenenya sebagai calon guru. Guru adalah garda terdepan untuk membentuk moral bangsa yang baik sehingga diharapkan setelah terjun dalam masyarakat mahasiswa bisa mejadi guru yang benar-benar di gugu dan di tiru bagi semua anak bangsa. 

Berbicara pendidik sebagai ujung tombak moral bangsa saya berpandangan harus dibangun dulu guru yang berkarakter guru teladan. Manusia tidak ada yang sempurna, pernah berbuat salah, khilaf ataupun dosa. Begitu juga dengan seorang guru, ia juga manusia biasa seperti yang lainnya. Namun, ketika guru melakukan sebuah kesalahan atau kekhilafan maka respon masyarakat akan lebih besar bila dibandingkan dengan yang lain. Mungkin akan terucap: “Guru saja sudah berbuat seperti itu, apalagi yang lain”. Hal ini terjadi, karena pada dasarnya guru itu adalah teladan bagi murid-muridnya dan juga yang lain untuk mewujudkan hal-hal yang baik. Dengan demikian, bagi para guru harus senantiasa hati-hati agar senantiasa terpelihara dari perbuatan yang tidak baik. Oleh karena itu saya sering berpesan pada mahasiwa “Anda adalah calon guru, berbuatlah seperti cerminan seorang guru mulailah dari sekarang”. Sesuatu yang besar, diawali dari hal-hal kecil. Dalam pemelajaran saya mulai mewajibkan mahasiswanya untuk berbusana selayaknya seorang guru. Hal itu bertujuan dengan berbusana selayaknya seorang guru diharapkan semua tidakan dan tingkah laku mahasiswa juga di sesuakan dengan pakaian yang mereka kenakan. Sehingga, aura seorang guru sudah tertanam sejak mereka menjadi mahasiswa.

Peran guru dalam implementasi/pelaksanaan pendidikan budi pekerti tidak mudah. Guru dituntut menjadi figur: ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ungkapan ini, menurut Ki Hajar dewantara diartikan sebagi sikap pimpinan (guru) harus mampu memberi teladan kepada murid-muridnya, seperti bertindak jujur dan adil. Guru juga harus mampu memberi motivasi kepada murid untuk belajar keras. Guru juga perlu untuk memberikan kepercayaan kepada muridnya untuk mempelajari sesuatu sesuai minat dan kemampuannya. Guru tinggal merestui dan mengarahkan saja. Pendek kata, guru hendaknya menjadi garda (garis depan), memberi contoh, menjadi motivator, dalam penanaman budi pekerti. Sering ada pepatah yang menyinggung pribadi guru, yaitu sebagai figur yang harus digugu (dianut) dan ditiru. Inilah figur ideal yang didambakan setiap bangsa. Figur inilah yang menghendaki seorang guru perlu menjadi suri teladan dalam aplikasi pendidikan budi pekerti. Jika guru sekedar bisa ceramah atau omong kosong saja, kemungkinan besar anak akan kehilangan teladan.

Oleh karena itu diperlukan strategi pembelajaran yang biasa engkolaborasikan antara konsep materi matematika dengan di selipi nilai-nilai apa yang bisa kita ambil. Sebagai contoh dalam pembelajaran perkalian yang sangat dasar kenapa: (+) . (+) = +, (+) . (-) = -,          (-) .  (+ ) = - dan (-) . (-) = + . Saya menerangkan kepada mahasiswa apa sih nilai yg terkandung dalam konsep ini?. Saya memulainya dengan menggunakan analogi (+) . (+) = + artinya “jika terdapa suatu kebenaran, kita katakan benar maka kita adalah orang yang benar”, (+) . (-) = - artinya “ jika ada sesutu yang salah kita katakan benar maka kita adalah orang yang slah”. Hingga saya menyimpulkan makana dari konsep ini adalah mengajarkan kita bahwa kita sebagai seorang manusia haruslah jujur, yang hak harus kita katakan hak dan yang batil harus kita katakan batil. Itu adalah contoh bagaimana kita selain belajar tentang konsep-konsep dalam matematika juga mengajarkan nilai-nilai moral sebagai manusia. Sehingga diharapkan pikiran pandai moral juga bernilai.

Jadi pada intinya belajar itu harus seimbang antara pelajaran matematika dengan nilai-nilai moral atau agama. Hal itu sangat penting untuk membangun karakter bangsa ini. Bangsa ini akan maju jika manusianya memiliki pengetahuan dan bermoral. Yang saya amati saat ini kita sedang dilanda krisis moral. Ini bisa dilihat dari problematika pelajar yang makin awut-awutan. Sebenarnya bila kita mau lebih peduli dengan masalah ini, kita semua bisa menyelasaikannya bersama-sama. Kita bisa memulai dengan langkah yang paling sederhana dulu. Islam sudah mengajarkan kepada kita bahwa pendidikan yang terbaik adalah pendidikan duniawi dan spiritual yang dijalankan secara seimbang dan harmonis. Melalui pendidikan duniawi, kita bisa mengetahui berbagai rahasia alam yang Tuhan sudah berikan pada kita semua sekaligus memanfaatkan semua rahasia itu untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik. Melalui pendidikan spriritual, kita diajarkan untuk mensyukuri semua nikmat yang kita terima dan bagaimana cara memperlakukan dengan baik hal-hal yang ada di sekitar kita, baik itu alam semesta maupun makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Memang bila dilihat secara sekilas, hal ini tidak akan menyelesaikan masalah secara langsung, tapi hal inilah solusi terbaik yang bisa dilakukan saat ini.

Saya dan kita semua patut menyingsingkan baju kita untuk memperbaiki wajah pendidikan kita yang semakin muram saja. Kita jadikan wajah pendidikan sebagai senyum yang menghiasi bangsa kita, kita jadikan wajah pendidikan kita sebagai penyejuk kondisi bangsa kita yang sudah sarat dengan masalah. Dan itu semua adalah tugas kita, tanpa ada pandang bulu agar anak-anak kita yang menjadi masa depan bangsa bisa mendarmabaktikan tenaga dan pikirannya demi kemajuan bangsa ini kedepan. Semoga itu hanya bukan cita-cita, tapi realita yang akan bisa kita lihat nanti.

No comments:

Post a Comment

Mohon komentarnya....!

Pendidikan

Analisis Data Statistik dengan SPSS


Tinggalkan Pesan dan Kesan Anda di Buku Tamu

Komentar Terbaru