Saturday, August 17, 2013

Napaktilas Sandarkan Cita-cita #2


Napaktilas Sandarkan Cita-cita #2

Kota Jakarta sudah tidak asing lagi bagi masyarakat desaku. Kota yang merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat mulai dari kakek buyut kami hingga sekarang. Alhasil para pemuda di desaku banyak merantau ke kota Jakarta untuk mengadu nasib meninggalkan sanak saudara mencari peruntungan dalam mencukupkan kebutuan hidup keluarganya. Di kota inilah perjuangankupun di mulai.


Dengan berpekal seadanya akupun memberanikan diri untuk berhijrah ke Jakarta.  Aku memutuskan untuk mencari sebuah pekerjaan apapun yang terpenting bisa bertahan hidup di Jakarta. Akupun mendatangi saudara tepatnya pamanku untuk meminta pekerjaan. Sama seperti kebanyakan pemuda di desaku tidak lain tidak bukan pekerjaan yang ku minta sebagai buruh atau yang sering disebut sebagai kuli bangunan. Waktu itu pamanku menolak karena merasa kasihan padaku karena pekerjaan sebagai kuli bangunan dirasa berat untukku. Tapi, aku tetap memaksa dengan dalih sebagai bahan latihan untuk kemandirianku.

Bagi itu kami berdua berangkat ke tempat kerja dengan menggunakan sepeda motor, Tempat kerja yang kami tuju berada di daerah Puri Kembangan Jakarta Barat. Sebuah rumah yang sedang di bangun itu tempat kerjaku pertama di kota ini. Para pekerja yang umumnya adalah orang-orang satu kampung denganku menyambutku dengan gembira. Tapi, menanyakan pula kepadaku kenapa musti bekerja di bangunan. Akupun menjawab dengan kata sederhana “latihan bekerja” sembari dengan senyum. 

Dalam pekerjaan itu tugasku sebagai “kenek” (istilah pekerja bangunan yang bertugas melayani tukang bangunan) bangunan untuk seorang tukang. Menyiapkan adonan semen dan pasir menjadi tugas utamaku disamping menyiapkan segala hal seperti batu bata, paku dan alat-alat kerja bangunan yang lainnya. Aku lalui pekerjaanku dengan senang hati meskipun badan berontak dengan rasa pegal-pegal karena belum belum terbiasa dengan pekerjaan itu. 

Terik matahari dikala siang sudah menjadi bagian dari pekerjaanku. Dinginnya anginpun akan terasa di kala malam karena tidur hanya di sebuah bedeng (bangunan sederhana seprti gubug tanpa dinding) dengan beralas tikar. Saat itu aku dibayar Rp 21.000 tiap harinya dengan gaji mingguan tanpa mengenal kata libur tujuh hari bekerja tiap minggu. Jadi, gajiku seminggu waktu itu sebesar Rp 147.000. Bukan  karena besar kecilnya suatu penghasilan  tapi itu semua membuatku semangat karena merasakan betapa susahnya mencari nafkah di Jakarta. Semangatku untuk mencari penghidupan yang lebih baik terus berkobar. Sehingga, pada tiap hari sabtu aku mencoba peruntungan dengan membeli sebuah koran untuk mencari lowongan pekerjaan.

Akupun mencoba membuat sebuah surat lamaran pekerjaan dari informasi koran yang aku beli. Saat itu ada dua buah lowongan pekerjaan yang aku minati yaitu sebuah pabrik dan menjadi tenaga administrasi di kantor swasta. Besar harapanku pada saat itu untuk bsa diterima dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

Tiga bulan berlalu akupun mendapat panggilan tes dari sebuah perusahaan YMMA (Yamaha Music Manufacturing Asia). Rasa senang bercampur dengan ketakutan menghadapi tes tertulispun menghantuiku. Waktu itu tes tertulis dilakukan di gedung juang 45 di bilangan menteng Jakarta Pusat. Akupun kaget ternyata ada banyak yang mengikuti tes masuk. Ketika itu kurang lebih ada 1500 peserta tes terutils. Aku hanya bisa berpasrah diri pada Alloh untuk mngerjakan tes tertulis yang begitu lama dimulai dari jam 08.00 hingga pukul 13.00. 

Setelah tes dan melihat peluangpun sangat kecil aku pulang dengan rasa penuh harap untuk di terima. Aku pulang dari tempat tes dengan menaiki kopaja (bus kota) dan aku sempatkan berhenti di sebuah mesjid di Mampang Prapatan. Di situ aku sholat zuhur seraya berdoa dan berzikir tentunya dengan harapan Alloh bisa mengabulkan doaku untuk lulus tes. Tak teras ditengah-tengah aku berzikir akupun tertidur hingga waktu asar tiba, akupun melanjutkan untuk sholat ashar. Setelah sholat akupun kembali ke tempat aku bekera di Puri Kembangan.

Teman-teman kerjaku menanyakan tentang tes yang aku lakoni. Akupun menjawab dengan sedikit pesimis bahwa kemungkinan diterima kecil karena begitu banyaknya yang ikut tes seleksi. Akan tetapi, teman-teman kerja selalu memberiku semangat bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin selagi kita berikhtiar dan berdoa kepada Alloh. Dorongan itulah yang membertiku semangat untuk tetap optimis bisa lulus tes untuk tahap berikutnya.

Selang waktu satu minggu akupun terkaget sekaligus gembira mendapat surat panggilan untuk tes wawancara yang berarti aku lulus tes tertulis. Sujud sukur diantara tumpukan pasir bangunan aku lakukan. Puji sukur aku panjatkan kehadirat Alloh karena telah menmpatkanku dari 30 orang yang lulus tes tertulis.

Selang dua hari aku berangkat untuk mengikuti tes wawancara. Untuk hal ini tes wawancara dilakukan di kantor YMMA di kawasan industri MM2100 Cikarang Bekasi. Waktu itu aku dihadapkan oleh 5 orang yang melakukan interview terdiri dari 3 orang Jepang dan 2 orang dari indonesia ditambah satu orang penerjemah bahasa...............(Bersambung)

Gambar di ambil dari: http://iphincow.com/tag/cita-cita/

No comments:

Post a Comment

Mohon komentarnya....!

Pendidikan

Analisis Data Statistik dengan SPSS


Tinggalkan Pesan dan Kesan Anda di Buku Tamu

Komentar Terbaru