Napaktilas Sandarkan
Cita-cita #2
Kota Jakarta sudah
tidak asing lagi bagi masyarakat desaku. Kota yang merupakan sumber penghasilan
bagi masyarakat mulai dari kakek buyut kami hingga sekarang. Alhasil para
pemuda di desaku banyak merantau ke kota Jakarta untuk mengadu nasib
meninggalkan sanak saudara mencari peruntungan dalam mencukupkan kebutuan hidup
keluarganya. Di kota inilah perjuangankupun di mulai.
Dengan berpekal
seadanya akupun memberanikan diri untuk berhijrah ke Jakarta. Aku memutuskan untuk mencari sebuah pekerjaan
apapun yang terpenting bisa bertahan hidup di Jakarta. Akupun mendatangi
saudara tepatnya pamanku untuk meminta pekerjaan. Sama seperti kebanyakan
pemuda di desaku tidak lain tidak bukan pekerjaan yang ku minta sebagai buruh
atau yang sering disebut sebagai kuli bangunan. Waktu itu pamanku menolak
karena merasa kasihan padaku karena pekerjaan sebagai kuli bangunan dirasa
berat untukku. Tapi, aku tetap memaksa dengan dalih sebagai bahan latihan untuk
kemandirianku.
Bagi itu kami berdua
berangkat ke tempat kerja dengan menggunakan sepeda motor, Tempat kerja yang
kami tuju berada di daerah Puri Kembangan Jakarta Barat. Sebuah rumah yang
sedang di bangun itu tempat kerjaku pertama di kota ini. Para pekerja yang
umumnya adalah orang-orang satu kampung denganku menyambutku dengan gembira.
Tapi, menanyakan pula kepadaku kenapa musti bekerja di bangunan. Akupun
menjawab dengan kata sederhana “latihan bekerja” sembari dengan senyum.
Dalam pekerjaan itu
tugasku sebagai “kenek” (istilah pekerja bangunan yang bertugas melayani tukang
bangunan) bangunan untuk seorang tukang. Menyiapkan adonan semen dan pasir
menjadi tugas utamaku disamping menyiapkan segala hal seperti batu bata, paku
dan alat-alat kerja bangunan yang lainnya. Aku lalui pekerjaanku dengan senang
hati meskipun badan berontak dengan rasa pegal-pegal karena belum belum
terbiasa dengan pekerjaan itu.
Terik matahari dikala
siang sudah menjadi bagian dari pekerjaanku. Dinginnya anginpun akan terasa di
kala malam karena tidur hanya di sebuah bedeng (bangunan sederhana seprti gubug
tanpa dinding) dengan beralas tikar. Saat itu aku dibayar Rp 21.000 tiap
harinya dengan gaji mingguan tanpa mengenal kata libur tujuh hari bekerja tiap
minggu. Jadi, gajiku seminggu waktu itu sebesar Rp 147.000. Bukan karena besar kecilnya suatu penghasilan tapi itu semua membuatku semangat karena
merasakan betapa susahnya mencari nafkah di Jakarta. Semangatku untuk mencari
penghidupan yang lebih baik terus berkobar. Sehingga, pada tiap hari sabtu aku
mencoba peruntungan dengan membeli sebuah koran untuk mencari lowongan
pekerjaan.
Akupun mencoba membuat
sebuah surat lamaran pekerjaan dari informasi koran yang aku beli. Saat itu ada
dua buah lowongan pekerjaan yang aku minati yaitu sebuah pabrik dan menjadi tenaga
administrasi di kantor swasta. Besar harapanku pada saat itu untuk bsa diterima
dan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
Tiga bulan berlalu
akupun mendapat panggilan tes dari sebuah perusahaan YMMA (Yamaha Music
Manufacturing Asia). Rasa senang bercampur dengan ketakutan menghadapi tes
tertulispun menghantuiku. Waktu itu tes tertulis dilakukan di gedung juang 45
di bilangan menteng Jakarta Pusat. Akupun kaget ternyata ada banyak yang
mengikuti tes masuk. Ketika itu kurang lebih ada 1500 peserta tes terutils. Aku
hanya bisa berpasrah diri pada Alloh untuk mngerjakan tes tertulis yang begitu
lama dimulai dari jam 08.00 hingga pukul 13.00.
Setelah tes dan melihat
peluangpun sangat kecil aku pulang dengan rasa penuh harap untuk di terima. Aku
pulang dari tempat tes dengan menaiki kopaja (bus kota) dan aku sempatkan
berhenti di sebuah mesjid di Mampang Prapatan. Di situ aku sholat zuhur seraya
berdoa dan berzikir tentunya dengan harapan Alloh bisa mengabulkan doaku untuk
lulus tes. Tak teras ditengah-tengah aku berzikir akupun tertidur hingga waktu
asar tiba, akupun melanjutkan untuk sholat ashar. Setelah sholat akupun kembali
ke tempat aku bekera di Puri Kembangan.
Teman-teman kerjaku
menanyakan tentang tes yang aku lakoni. Akupun menjawab dengan sedikit pesimis
bahwa kemungkinan diterima kecil karena begitu banyaknya yang ikut tes seleksi.
Akan tetapi, teman-teman kerja selalu memberiku semangat bahwa tidak ada hal
yang tidak mungkin selagi kita berikhtiar dan berdoa kepada Alloh. Dorongan
itulah yang membertiku semangat untuk tetap optimis bisa lulus tes untuk tahap
berikutnya.
Selang waktu satu
minggu akupun terkaget sekaligus gembira mendapat surat panggilan untuk tes
wawancara yang berarti aku lulus tes tertulis. Sujud sukur diantara tumpukan
pasir bangunan aku lakukan. Puji sukur aku panjatkan kehadirat Alloh karena
telah menmpatkanku dari 30 orang yang lulus tes tertulis.
Selang dua hari aku
berangkat untuk mengikuti tes wawancara. Untuk hal ini tes wawancara dilakukan
di kantor YMMA di kawasan industri MM2100 Cikarang Bekasi. Waktu itu aku
dihadapkan oleh 5 orang yang melakukan interview terdiri dari 3 orang Jepang
dan 2 orang dari indonesia ditambah satu orang penerjemah bahasa...............(Bersambung)
Gambar di ambil dari: http://iphincow.com/tag/cita-cita/
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!