Matematika
Sebagai Salah Satu Faktor Pembangun Karakter Bangsa
Oleh:
Samsul Maarif
Matematika sebagai ilmu
yang ada di muka bumi ini tentunya lahir dari sebuah peradaban budaya dari
hasil pemikiran manusia. Sehingga, antara matematika dengan budaya sangat erat
kaitannya. Sebagai contoh ada istilah “PIPOLONDO” pada kebudayaan jawa yang
merupakan dasar dari aritmatika. PIPOLONDO sendiri merupakan sebuah akronim
dari bahasa jawa yang memiliki kepanjangan
ping, poro lan sudo yang
artinya kali, tambah dan kurang.
Sangat terlihat bahwa para pengajar zaman dahulu di tanah jawa sangat memperhatrikan pembelajaran matematika dengan menggunakan bahasa jawa sehingga mudah dimengerti oleh siswa yang sedang belajar. Selain itu, alat peraga yang digunakan dalam pembelajaranpun disesuaikan dengan apa yang ada di daerah masing-masing. Sebagai contoh dalam operaswi penjumlahan dan perkalian dengan menggunakan sada (dalam bahasa indonesia artinya “lidi”) yang terbuat dari ranting pohon kelapa. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah dari dahulu kala para guru mewnggunakan kearifan lokal dalam pembelajaran matematika.
Sangat terlihat bahwa para pengajar zaman dahulu di tanah jawa sangat memperhatrikan pembelajaran matematika dengan menggunakan bahasa jawa sehingga mudah dimengerti oleh siswa yang sedang belajar. Selain itu, alat peraga yang digunakan dalam pembelajaranpun disesuaikan dengan apa yang ada di daerah masing-masing. Sebagai contoh dalam operaswi penjumlahan dan perkalian dengan menggunakan sada (dalam bahasa indonesia artinya “lidi”) yang terbuat dari ranting pohon kelapa. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah dari dahulu kala para guru mewnggunakan kearifan lokal dalam pembelajaran matematika.
Disisi lain, bahwa
budaya merupakan tonggak dasar dari terciptanya sebuah karakter atau identitas
dari suatu bangsa. Oleh sebab itu, membelajarkan matematika dengan menumbuhkan
karakter menjadi solusi yang fundamental pada setiap pembelajaran matematika. Aapa
yang menjadikan peluang seorang guru matematika dan matematika sendiri sebagai
salah satu pelahjaran di sekolah untuk mengembangkan karakter sebuah bangsa?
1. Membangun
Kemampuan Sosisal Siswa
Terlepas dari pengaruh tugas kelompok
dalam setiap pembelajaran matematika sebagai salah satu metode dalam
pembelajaran pemecahan masalah dapat diterapkan untuk membangun sosialisasi
antar siswa. Tugas-tugas seperti latihan investigasi dapat mengembangkan ranah
sosialitas antar siswa. Sifat dari matematika sendiri adalah menggunakan ranah
logika untuk mememcahkan masalah-masalah matematika yang harus diselesaikan. Dengan
adanya pemecahn masalah matematis maka siswa menggunakan logika berpikirnya
untuk menginvestigasi dan menganalisis dengan mengkombinasi pemikirannya dengan
teman-temanny sehingga interaksi sosial anatar siswa dapat dikembangkan.
Masalah yang disajikan oleh guru hendaknya
masalah-masalah yang nounroutine
sehingga siswa merasa tertantang untuk berdiskusi satu sama lain sehingga dapat
menyelesaiknnya. Adanya diskusi antar siswa hendaknya dapat menimbulkan sebuah
solusi yang beragam sehingga dapat memunculkan sebuah berdebatan antar siswa.
Peran guru adalah membimbing dengan memberikan kontribusi sosial mereka hingga
dapat diperoleh sebuah kesimpulan yang seragam.
Tugas kelompok jelas membantu keterampilan
sosial. Kemampuan untuk bekerja sama dalam tugas-tugas dengan orang lain dapat
membangun keterampilan sosial. (Dunne & Bennett, 1990) tugas kelompok tidak
unik untuk Matematika, bisa dalam berbagai subjek, elemen khusus matematika
adalah keterampilan komunikasi yang kuat. Komunikasi matematis berarti siswa dapat mengutarakan idenya dalam bahasa dan ide matematis. Saling berkomunikasi antar siswa untuk menuangkan ide-idenya akan menumbuhkan rasa saling mengenal dan berteman secara baik dalam menyelesaikan setiap masalah dalam pembelajaran.
2. Pembangun
Pemikiran Filosofis Siswa
Sebuah pemikiran dalam pembelajaran
matematika sangat diperlukan. Ruang pembangunan pemikiran filosofis sangat
terbuka dalam pembelajaran matematika. Guru mengajak siswa untuk berpikir
secara mendalam memecahkan berbagai masalah di lingkungannya tentunya dengan
menggunakan prinsip-prinsip yang ada pada matematika. Hal itulah yang
diungkapkan Howson, 1986) bahwa matematika harus menjadi subyek yang "mengajarkan
Anda untuk berpikir" dan memungkinkan anda "untuk menampilkan ketajaman
pikiran" .
Memaknai setiap simbol dan aturan-aturan dalam
matematika dijadikan dasar dalam pemikiran filosofis. Bagaimana unsur-unsur
matematika diketahui dan dijadikan dasar bagi pembenaran merupakan pangkal dari
filosofis matematis.
Banyak kita temui bahwa seseorang yang mempelajari matematika hanya untuk
menyelesaikan suatu soal ataupun permasalahan matematika. Bahkan bukan tidak
mungkin orang menganggap seseorang jago matematika adalah orang yang mampu
menyelesaikan beribu soal-soal matematika. Bukan itu yang terpenting, akan
tetapi pola pikir yang digunakan bagi para pembelajar matematika yang paling
utama. Dari kejadian empiris suatu aturan bahkan konteks nilai yang ada pada
materi matematika menjadi titik beratnya. Hal seperti inilah yang kurang
diperhatikan pada setiap pembelajaran matematika. Padahal, jika ditelusuri
lebih mendalam matematika memiliki bany7ak nilai filosofis yang dapat
diterapkan dalam kehidupan. Sehingga, diharapkan dengan mempelajari matematika
seseorang dapat mengembangkan pemikiran filosofisnya dalam memaknai tiap-tiap
unsur yang terkandung pada matematika.
3. Pembangun
Moral Siswa
Pada masa-masa sekarang ini terjadi
degredasi moral yang luar biasa. Hal tersebut dapat kita cermati dari merambahnya
berita-berita di media masa nasional yang nbanyak menyoroti hal-hal buruk dari
kalangan anak-anak hinggga pejabat pemerintahan. Pemerintah meyakini ada
penurunan moral generasi muda negeri ini. Hal
ini tidak bisa menyalahkan orang tua karena mereka adalah pemilih potensial
mereka, nilai-nila keagamaan sepertinyapengaruh besar, sehingga mereka
menargetkan guru untuk menanamkan nilai pada setiap pembelajaran. Sengaja,
atau sebaliknya, guru adalah model peran bagi siswa.
Sikap guru dalam sebagai contoh ataupun
suri tauladan didepan kelas harus diperhatikan. Bagaimana sikap-sikap positif
harus tercermin oleh guru matematika. Guru matematika yang selam ini masih
banyak yang mengannggap guru yang galak tau apapun namanya tentunya harus
sedikit demi sedikit dikuragi. Shingga, persepsi siswa dalam melihat guru
matematika sebaliknya yaitu guru yang sangat menyenangkan dari sisi akhlak dan
pengajaran. Karena ruh dari seorang guru adalah kesabaran dan keteladanan,
sedangkan zahirnya adalah kompetensi pengajaran. Betapapun baiknya kompetensi pengajaran yang dimilki oleh
seorang guru akan menjadi seonggok daging tanpa daya jika kesabaran dan
keteladanan tidak dimilikinya.
Tiga hal tersebut
diatas mungkin dapat menjadi acuan guru matematika dalam upaya ikut serta dalam
pembangunan karakter bangsa dari segi pembelajaran matematika. Tentunya ada
banyak hal nilai dan budaya yang kita miliki dapat dieksplotrasi lebih
menadalam sehingga dapat digunakan dalam pembelajran matematika. Sehingga
tujuan pengajaran “memanusiakan manusia” dapat dicapai dengan baik.
Gambar diambil dari: http://reikaazil.blogspot.com/2012/05/character-building-for-indonesia.html
Daftar Pustaka
Howson, A,
1981, "Curriculum Development in Mathematics", C.U.P., Cambridge
Gaurge,Austen, http://www.did.stu.mmu.ac.uk/cme/Student_Writings/DMELE/George_Austen.html.
Di akses pukuk 23:18, 3-32013
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!