Monday, December 31, 2012

Suka duka Berlibur di Ibu Kota

(Lanjutan dari "Mengawali Cita-cita dari Kumandang Azan")




Waktu liburan telah tiba…kami bertiga merencanakan liburan ke suatu tempat. Tapi, liburan yang aku bayangkan itu menuju suatu tempat yang indah dan disana kita bersenang-senang menikmati pemandangan. Tapi bukan itu liburan yang diidamkan usman. Usman merencanakan berlibur ke Jakarta untuk latihan bekerja. Kami beduapun kaget, dalam benak kami bedua kita mau kerja apaan lah wong kita masih sekolah di SMP. 

arif: “Liburan ke Jakarta buat nyari kerja…kerja apaan us?” sambil menggaruk-garuk kepala

Ozan:”Iya us kerja opooo…..?”

Usman:”Kalian pengen kan sepatu baru, tas baru dan buku baru?”

Arif dan Ozan:”Yoo pengen tho yooo….”

Usman:”Om aku kan mandor di sana…jadi tenang kita minta kerja sama om aku…jadi kita jadi kuli bangunan…piye..?”

Arif:”Apah….kuli bangunan?opo kuat tenga kita us?”

Usman:”Wes tenang aeee….paling kita tar jadi kenet, kerjaanya ya bantu-bantu tukang aja…ngelayani tukang”

(Kenet adalah istilah dalam pekerjaan bangunan yaitu orang yang melayani “tukang” atau pekerja utama pada pekerjaan bangunan)

Ozan: “Kerjaanya berat ngga tuh buat kita anak kecil?”

Usman: “Insya Alloh kita ksemua kuat lah wong palingan kita di suruh bawa adukan ajah” sambil ketawa. (adukan adalah istilah bangunan yaitu adonan pasir, semen untuk membuat tembok suatu bangunan)

Arif: “Yo wess…sekarupmu us yang penting kita bisa dapet duit”. Sambil ketawa

Ozan dan Usaman: "haha..."

Usman: “Nah sekarang kita pulang ke rumah masing-masing buat ijin sama orang tua dan jangan lupa minta ongkos untuk ke Jakarta okehhhh…”

Ozan dan Arif:”Siiiippppppp….”

Kamipun bergegas pulang kerumah untuk minta izin ke orang tua dan minta ongkos yang kala itu buat biaya perjalanan kurang lebihnya setelah kita hitung adalah Rp 50.000 untuk ongkos dan cadangan untuk makan. Di desa kami memang sudah menjadi tradisi bahwa para remaja yang sudah tidak bersekolah pada merantau ke Jakarta menjadi buruh bangunan. Banyak anak-anak yang hanya bersekolah sampai SD dan tidak melanjutkan lagi karena mereka pada memilih mencari uang ke Jakarta. Buakan orang tua mereka tidak mampu menyekolahkan mereka, tapi memang kala itu pemikiran orang-orang tua adalah bagaimana anaknya bisa cepat bekerja dan memperoleh uang. Para orang tua belum terbuka pikiranyya betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya.

Setelah mendapat izin orang tua dan bekal ongkos yang kami pinta dari orang tua masing-masing kamipun pamit pada orang tua masing-masing untuk berangkat ke Jakarta. Jam 5 sore hari minggu kami berangkat dengan menaiki bus menuju ke terminal Pemalang. Sesampainya terminal Pemalang kami langsung menuju loker pembelian tiket Bus Dedy Jaya. Kala itu tiket Pemalang-Jakarta Rp 27.000. Kamipun membeli tiga tiket keberangkatan jam 7 malam. 

Sepanjang perjalanan kita bertiga saling bersendau gurau.

Usman: “Akhirnya kita berangkat juga ke Jakarta, pengalaman pertama pergi ke Jakarta tanpa orang tua”
Ozan:”Yoooo…..nekad…nekad…..” sambil tertawa.

Arif:”Pokoe…kalo sudah sampe Jakarta, kita harus maen ke pasar blok M yang di bawah terminal itu..” sambil tertawa (arif tau dari babaknya ada pasar dibawah terminal yaitu pasar terminal Blok M)

Usman: “Wealah…rif…rif…niat kita tuh untuk kerja cari duit buat beli sepatu sama tas baru…bukan buat jalan-jalan”

Arif:”Yo sekalian beli sepatu ma tasnya di pasar blok M piye? Jadi sambil adus (mandi) minum kopi” Sambil ketawa

Usman:”Hahahaha…iso wae awakmu toh rif…ya udah tar kato uang sudah dalam genggaman tangan kita jalan-jalan”

Ozan: “Hahahaha….sippppp….sispppppppp”

Senin jam 2 pagi kami sampai di Jakarta. Kami turun di Mampang Prapatan dan kami melanjutkan menumpang bajaj untuk menuju kontrakan Om Wage yaitu Omnya usman. Kamipun tiba di kontrakan kediaman mm Wage. Susana sangat sepi kala itu di kontrakan om Wage. Pintu diketuk om wagepun membukanya dengan raut wajah yang masih dalam suasana kantuk. 

Om wage:”Eh…kamu us…ngapain kejakarta?ya udah suruh temen-temenmu masuk” mukanya kaget melihat ponakannya sudah didepn pintu kontrakanya.

Kamipun masuk ke kontrakan om wage yang luasnya kurang lebih 4 x 3 meter. akupun kaget kayaknya kehidupan di Jakarta koq  susah banget. Tinggal di tempat yang sempit, panas , banyak nyamuk pokoknya ga ada di dalam bayanganku sebelumnya. Dari saat itu akupun tersadar bahwa lika-liku kehidupan terkadang tidak seindah yang kita bayangkan. Perjalanan hidup penuh dengan segala rintangan yang harus kita hadapi. Sebagai manusia kita harus memiliki kekuatan untuk menjalani hidup dalam kondisi apapun demi tercapainya cita-cita yang kita inginkan. Ingat cita-cita ada didepan mata dan untuk meraihnya perlu beberapa langkah yang tiap langkahnya akan menghadang beribu suka dan duka.

Usman: “Iya om…aku sama arif dan ozan datang ke Jakarta mo kerja om”

Om wage: “Wealah…us…. kamu tuh tugasnya sekolah yang rajin biar ngga kaya om mu iki susah kerjaanya, udah izin ma orangtuamu blum?”

Usman:”Udah koq um..kami bertiga sudah minta izin ma orang tua kita masing-masing”

Om wage:”Trus arep kerjo opo….?” sambil menunjukkan raut wajah sedikit marah.

Usman:”Pokoknya kerja apa aja dah om jadi kenek banguna juga mau”

Om wage:”Wealah jadi kuli bangun itu payah...kamu bakalan cape tenagamu”

Usman:”Engga papa koq om itung-itung latian fisik” sambil ketawa

Om wage:”Ya udah sekarang kalian istirahat dulu pada tidur…besok jam 6 kita berangkat kerja ke daerah kebayoran baru jangan pada kesiangan yah”

Usman, Ozan dan Arif:”iya om…”

Kamipun mengambil tempat masing-masing dengan mengatur posisi berjajar karen sempitnya kontrakan. Kami merebahkan bada istirahat untuk menyambut momen yang sangat penting esok hari. Momen dimana kita bertiga mencoba hal baru, pengalaman baru, dan siap mengerahkan tenaga yang mungkin agak sedikit membuat otot-otot kita semua menjadi tegang karena kelelahan. 

Pukul 5 pagi om wage memmbangunkan kita bertiga, menyuruh kami mengambil air wudhu di sumur dekat kontrakan. Kmi beerempat sholat berjamaah di kontrakan yang sempi itu. Setelah sholat kamipun bersiap membersihkan badan untuk berangkat kerja untuk yang pertama kalinya. Akupun selalu ingat perkatakan usman “ketawalah dengan cita-citamu…maka kita akan ketawa meraih cita-cita kita kelah” itulah yang menjadikan aku semangat untuk bekerja. 

Kamipun sampai di tempat proyek om wage. Proyek rumah orang jepang tiga lantai yang masih dalam kondisi rangka banguna saja. Om wage menyuruh kita beriga untuk mengantarkan adugan ke tukang-tukang yang sedang bekerja. Pekerjaan itu menjadi tugas kita bertiga disamping da tugas-tugas lain jika si tukang memerlukan bantuaan. Kami melakukan pekerjaan kami dengan senang hati dan kamipun melakukannya tetap dengan gembira.

Usman: “Semangat keja yahhh…….” sambil ketawa

Ozan:”Lumayan capee yoooo”

Arif:”Lah kamu kemaren kemana aja kan usaman dah ngasih tau bahwa pekerjaan kita tuh pasti cape dan membuat otot-otot kita menjadi tegang”

Usman:”Yowes…. sing penting kerja…dapet duit….sepatu baru dan tas baru” sambil ketawa
Arif dan Ozan: “Hahahaha….”

Hari demi hari kami lalui dengan adukan ditangan tak terasa sudah 6 hari kita kerja. Hari sabtu tiba kita untuk gajian. Jadi kebiasaan kerja di bangunan bahwa gajianitu mingguan. Setiap hari sabtu mandor (kepala kerja) akan membagikan upah kerja sesuai dengan pekerjaan masing-masing yang dihitung per hari. Waktu itu kami dibayar Rp 25.000/ hari jadi upah kita kerja selama 6 hari kerja kita masing-masing mendapat Rp 150.000. Uang yang cukup besar bagi kami. Kamipun menerima upah kita dengan penuh gembira. Merasa gembira mendapatkan sesuatu dengan jerih payah keringat sendiri. Itu yang membuat aku bangga dan makin kagum pada sahabatku usman karena sudah mengatur semuanya. 

Kamipun lalu bergegas untuk membersihkan badan masing-masing. Akupun sudah tidak sabar lagi melihat keunikan pasar Blok M yang katanya di bawah sebuah terminal. Dengan menumpang bus metro mini kami menuju ke Blok M. Sampailah kami pada pasar Blok M yang kami impi-impikan sebelumnya. Akupun terkagum-kagum koq ada pasar yang letaknya tidak biasa di bawah terminal. Kami bertiga sangat gembira melihat barang-barang dagangan yang ada di pasar Blok M. Dengan hasil jerih payah dari 6 hari kita bejerja kami membelanjakan keperluan kami masing-masing.

Mulai hari itu saya mengerti arti dari sebuah persahabatan, kerja keras dan lika-liku kehidupan di ibu kota. Persahabat bisa menjadikan kekuatan dalam menjalani hidup. Karena persahapat pula lika-liku kehidupan akan berubah menjadi keindahan. Terima kasih sahabatku karena kamulah ku mengerti arti dari sebuah kerja keras. Bekerja keras, memeras keringat itu kunci dari sebuah perjalanan hidup menuju pintu kesuksesan. Pada hari itu dalam hati akupun berjanji untukselalu ingat pada cita-citaku dan merainya meskipun cucuran keringat membasahi badan ini.


oleh: Samsul Maarif


Temukan tulisan terkait:

"Mengawali Cita-cita dari Kumandang Azan"




No comments:

Post a Comment

Mohon komentarnya....!

Pendidikan

Analisis Data Statistik dengan SPSS


Tinggalkan Pesan dan Kesan Anda di Buku Tamu

Komentar Terbaru