Waktu liburan telah
tiba…kami bertiga merencanakan liburan ke suatu tempat. Tapi, liburan yang aku bayangkan
itu menuju suatu tempat yang indah dan disana kita bersenang-senang menikmati
pemandangan. Tapi bukan itu liburan yang diidamkan usman. Usman merencanakan
berlibur ke Jakarta untuk latihan bekerja. Kami beduapun kaget, dalam benak
kami bedua kita mau kerja apaan lah wong kita masih sekolah di SMP.
arif: “Liburan ke Jakarta
buat nyari kerja…kerja apaan us?” sambil menggaruk-garuk kepala
Ozan:”Iya us kerja
opooo…..?”
Usman:”Kalian pengen
kan sepatu baru, tas baru dan buku baru?”
Arif dan Ozan:”Yoo
pengen tho yooo….”
Usman:”Om aku kan
mandor di sana…jadi tenang kita minta kerja sama om aku…jadi kita jadi kuli
bangunan…piye..?”
Arif:”Apah….kuli
bangunan?opo kuat tenga kita us?”
Usman:”Wes tenang aeee….paling
kita tar jadi kenet, kerjaanya ya bantu-bantu tukang aja…ngelayani tukang”
(Kenet adalah istilah
dalam pekerjaan bangunan yaitu orang yang melayani “tukang” atau pekerja utama
pada pekerjaan bangunan)
Ozan: “Kerjaanya berat
ngga tuh buat kita anak kecil?”
Usman: “Insya Alloh
kita ksemua kuat lah wong palingan kita di suruh bawa adukan ajah” sambil
ketawa. (adukan adalah istilah bangunan yaitu adonan pasir, semen untuk
membuat tembok suatu bangunan)
Arif: “Yo wess…sekarupmu
us yang penting kita bisa dapet duit”. Sambil ketawa
Ozan dan Usaman: "haha..."
Usman: “Nah sekarang
kita pulang ke rumah masing-masing buat ijin sama orang tua dan jangan lupa
minta ongkos untuk ke Jakarta okehhhh…”
Ozan dan Arif:”Siiiippppppp….”
Kamipun bergegas pulang
kerumah untuk minta izin ke orang tua dan minta ongkos yang kala itu buat biaya
perjalanan kurang lebihnya setelah kita hitung adalah Rp 50.000 untuk ongkos
dan cadangan untuk makan. Di desa kami memang sudah menjadi tradisi bahwa para
remaja yang sudah tidak bersekolah pada merantau ke Jakarta menjadi buruh
bangunan. Banyak anak-anak yang hanya bersekolah sampai SD dan tidak
melanjutkan lagi karena mereka pada memilih mencari uang ke Jakarta. Buakan
orang tua mereka tidak mampu menyekolahkan mereka, tapi memang kala itu pemikiran
orang-orang tua adalah bagaimana anaknya bisa cepat bekerja dan memperoleh
uang. Para orang tua belum terbuka pikiranyya betapa pentingnya pendidikan bagi
anak-anaknya.
Setelah mendapat izin
orang tua dan bekal ongkos yang kami pinta dari orang tua masing-masing kamipun
pamit pada orang tua masing-masing untuk berangkat ke Jakarta. Jam 5 sore hari
minggu kami berangkat dengan menaiki bus menuju ke terminal Pemalang.
Sesampainya terminal Pemalang kami langsung menuju loker pembelian tiket Bus
Dedy Jaya. Kala itu tiket Pemalang-Jakarta Rp 27.000. Kamipun membeli tiga
tiket keberangkatan jam 7 malam.
Sepanjang perjalanan
kita bertiga saling bersendau gurau.
Usman: “Akhirnya kita
berangkat juga ke Jakarta, pengalaman pertama pergi ke Jakarta tanpa orang tua”
Ozan:”Yoooo…..nekad…nekad…..”
sambil tertawa.
Arif:”Pokoe…kalo sudah
sampe Jakarta, kita harus maen ke pasar blok M yang di bawah terminal itu..”
sambil tertawa (arif tau dari babaknya ada pasar dibawah terminal yaitu pasar
terminal Blok M)
Usman: “Wealah…rif…rif…niat
kita tuh untuk kerja cari duit buat beli sepatu sama tas baru…bukan buat
jalan-jalan”
Arif:”Yo sekalian beli
sepatu ma tasnya di pasar blok M piye? Jadi sambil adus (mandi) minum kopi”
Sambil ketawa
Usman:”Hahahaha…iso wae
awakmu toh rif…ya udah tar kato uang sudah dalam genggaman tangan kita
jalan-jalan”
Ozan: “Hahahaha….sippppp….sispppppppp”
Senin jam 2 pagi kami
sampai di Jakarta. Kami turun di Mampang Prapatan dan kami melanjutkan
menumpang bajaj untuk menuju kontrakan Om Wage yaitu Omnya usman. Kamipun tiba
di kontrakan kediaman mm Wage. Susana sangat sepi kala itu di kontrakan om
Wage. Pintu diketuk om wagepun membukanya dengan raut wajah yang masih dalam
suasana kantuk.
Om wage:”Eh…kamu us…ngapain
kejakarta?ya udah suruh temen-temenmu masuk” mukanya kaget melihat ponakannya
sudah didepn pintu kontrakanya.
Kamipun masuk ke
kontrakan om wage yang luasnya kurang lebih 4 x 3 meter. akupun kaget kayaknya
kehidupan di Jakarta koq susah banget.
Tinggal di tempat yang sempit, panas , banyak nyamuk pokoknya ga ada di dalam
bayanganku sebelumnya. Dari saat itu akupun tersadar bahwa lika-liku kehidupan
terkadang tidak seindah yang kita bayangkan. Perjalanan hidup penuh dengan
segala rintangan yang harus kita hadapi. Sebagai manusia kita harus memiliki
kekuatan untuk menjalani hidup dalam kondisi apapun demi tercapainya cita-cita
yang kita inginkan. Ingat cita-cita ada didepan mata dan untuk meraihnya perlu
beberapa langkah yang tiap langkahnya akan menghadang beribu suka dan duka.
Usman: “Iya om…aku sama
arif dan ozan datang ke Jakarta mo kerja om”
Om wage: “Wealah…us….
kamu tuh tugasnya sekolah yang rajin biar ngga kaya om mu iki susah kerjaanya,
udah izin ma orangtuamu blum?”
Usman:”Udah koq
um..kami bertiga sudah minta izin ma orang tua kita masing-masing”
Om wage:”Trus arep
kerjo opo….?” sambil menunjukkan raut wajah sedikit marah.
Usman:”Pokoknya kerja
apa aja dah om jadi kenek banguna juga mau”
Om wage:”Wealah jadi
kuli bangun itu payah...kamu bakalan cape tenagamu”
Usman:”Engga papa koq
om itung-itung latian fisik” sambil ketawa
Om wage:”Ya udah
sekarang kalian istirahat dulu pada tidur…besok jam 6 kita berangkat kerja ke
daerah kebayoran baru jangan pada kesiangan yah”
Usman, Ozan dan Arif:”iya
om…”
Kamipun mengambil
tempat masing-masing dengan mengatur posisi berjajar karen sempitnya kontrakan.
Kami merebahkan bada istirahat untuk menyambut momen yang sangat penting esok
hari. Momen dimana kita bertiga mencoba hal baru, pengalaman baru, dan siap
mengerahkan tenaga yang mungkin agak sedikit membuat otot-otot kita semua
menjadi tegang karena kelelahan.
Pukul 5 pagi om wage
memmbangunkan kita bertiga, menyuruh kami mengambil air wudhu di sumur dekat
kontrakan. Kmi beerempat sholat berjamaah di kontrakan yang sempi itu. Setelah
sholat kamipun bersiap membersihkan badan untuk berangkat kerja untuk yang
pertama kalinya. Akupun selalu ingat perkatakan usman “ketawalah dengan
cita-citamu…maka kita akan ketawa meraih cita-cita kita kelah” itulah yang
menjadikan aku semangat untuk bekerja.
Kamipun sampai di
tempat proyek om wage. Proyek rumah orang jepang tiga lantai yang masih dalam
kondisi rangka banguna saja. Om wage menyuruh kita beriga untuk mengantarkan
adugan ke tukang-tukang yang sedang bekerja. Pekerjaan itu menjadi tugas kita
bertiga disamping da tugas-tugas lain jika si tukang memerlukan bantuaan. Kami
melakukan pekerjaan kami dengan senang hati dan kamipun melakukannya tetap
dengan gembira.
Usman: “Semangat keja
yahhh…….” sambil ketawa
Ozan:”Lumayan capee
yoooo”
Arif:”Lah kamu kemaren
kemana aja kan usaman dah ngasih tau bahwa pekerjaan kita tuh pasti cape dan
membuat otot-otot kita menjadi tegang”
Usman:”Yowes…. sing
penting kerja…dapet duit….sepatu baru dan tas baru” sambil ketawa
Arif dan Ozan: “Hahahaha….”
Hari demi hari kami
lalui dengan adukan ditangan tak terasa sudah 6 hari kita kerja. Hari sabtu
tiba kita untuk gajian. Jadi kebiasaan kerja di bangunan bahwa gajianitu
mingguan. Setiap hari sabtu mandor (kepala kerja) akan membagikan upah kerja
sesuai dengan pekerjaan masing-masing yang dihitung per hari. Waktu itu kami
dibayar Rp 25.000/ hari jadi upah kita kerja selama 6 hari kerja kita
masing-masing mendapat Rp 150.000. Uang yang cukup besar bagi kami. Kamipun
menerima upah kita dengan penuh gembira. Merasa gembira mendapatkan sesuatu
dengan jerih payah keringat sendiri. Itu yang membuat aku bangga dan makin
kagum pada sahabatku usman karena sudah mengatur semuanya.
Kamipun lalu bergegas
untuk membersihkan badan masing-masing. Akupun sudah tidak sabar lagi melihat
keunikan pasar Blok M yang katanya di bawah sebuah terminal. Dengan menumpang
bus metro mini kami menuju ke Blok M. Sampailah kami pada pasar Blok M yang
kami impi-impikan sebelumnya. Akupun terkagum-kagum koq ada pasar yang letaknya
tidak biasa di bawah terminal. Kami bertiga sangat gembira melihat
barang-barang dagangan yang ada di pasar Blok M. Dengan hasil jerih payah dari
6 hari kita bejerja kami membelanjakan keperluan kami masing-masing.
Mulai hari itu saya
mengerti arti dari sebuah persahabatan, kerja keras dan lika-liku kehidupan di
ibu kota. Persahabat bisa menjadikan kekuatan dalam menjalani hidup. Karena
persahapat pula lika-liku kehidupan akan berubah menjadi keindahan. Terima
kasih sahabatku karena kamulah ku mengerti arti dari sebuah kerja keras.
Bekerja keras, memeras keringat itu kunci dari sebuah perjalanan hidup menuju
pintu kesuksesan. Pada hari itu dalam hati akupun berjanji untukselalu ingat
pada cita-citaku dan merainya meskipun cucuran keringat membasahi badan ini.
oleh: Samsul Maarif
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!