Monday, December 31, 2012

Mengawali Cita-cita dari Kumandang Azan



Ozan, usman dan Arif tiga orang anak yang bersal dari sebuah desa di Jawa Tengah. Mereka bertiga adalah seorang yang sedang menuntut ilmu di sebuah pesantren salaf AL-I’anah. Arif dan usman mereka berdua memiliki umur yang sama. Arif bersekolah di sebuah SMP Negri sedangakan Usman bersekolah di MTs di dekat pesantren.
Si bungsu Ozan merupakan paling muda diantara ketiganya dan merupakan adek kelas di SMP N tempat Arif bersekolah. Ketiganya adalah santri dari sebuah pondok pesantren di desa kami. Jadi, siang kami sekolah di sekolah masing-masing, setelah pulang sekolah merekapun mengaji di pesantren hingga malam.

Mereka bertiga memiliki cita-cita yang berbeda, tapi ada kesamaan dari ketiganya yaitu ingin merantau dan bersekolah hingga menjadi sarjana. Mereka berjanji apapun kondisinya Sarjana harus jadi akhir tujuan mereka bertiga. Memeng ketiganya merupakan anak dari keluarga yang biasa-biasa saja. Arif yang merupakan anak dari seorang buruh bangunan di Jakarta. Sedangkan Usman adalah anak dari pedagang pete, Ozan sendiri anak tunggal dari seorang petani.

Dari ketiganya Usmanlah yang paling punya ide dalam setiap langkah dan tindakan kita bertiga. Usmanlah yang menyuruh kita bertiga untuk berlomba azan di mesjid pada setiap sholat subuh. Jika yang dapat azan ketika subuh berarti sudah melakukan hal yang paling bermanfaat membangunkan orang tidur untuk sholat berjamaah. Itulah yang membuat kami berdua salut pada pemikiran-pemikirannya, seorang anak yang sudah memiliki pemikiran untuk kemaslahatan umat. Kamipun berlomba untuk itu, setiap jam 4 pagi kami bertiga sudah ada di masjid dan setiap hari kamipun bergantian untuk melakukan azan.

Waktu subuhpun sudah masuk, kami bertiga bergegas menuju mimbar untuk menyalakan mesin ampli. Hari itu giliran ozan yang  melakukan azan. Sebelum ozan melakukan azan usman mendekat pada ozan dan berkata “hari ini kamu akan melakukan hal besar dalam hidup kamu, meskipun hanya azan tapi dengan suara lantangmu berapa orang yang kamu selamatkan dari api neraka karena meninggalkan sholat subuh”. Kami beduapun menganggukkkan kepala dan ozanpun memulai azannya. Suara azan yang lantang meskipun tak bernada, menggetarkan hati kami ternyata hal kecil tapi bermakna besar bagi kehidupan orang. Kamipun melanjutkannya untuk sholat berjamaah.

Sholat berjamaah selesai kami bertiga bergegas menuju “mbilik” (sebutan pesantren AL-I’anah di desa kami) untuk mengaji kitab kuning. Waktu itu pokok bahasan yang sedang di bahas tentang bab tentang keutamaan ilmu.  Pak kiyai Rofi’I yasin menerangkan makna dari sebuah ilmu pengetahuan. Beliau berkata “Ilmu agama sangat penting bagi kehidupan karena dengan ilmu agama kita bisa tau baik buruknya kehidupan sehingga kita bisa menjalankan hidup di dunia ini dengan selamat sampai kita di akhirat kelak, tapi ilmu umum juga sangat penting karena dengan ilmu umum kamu semua bisa menggapai cita-cita yang diinginkanmu”. Ditengah-tengah pakkyai menerangkan bab tentang keutamaan ilmu, kami bertiga yang duduk berjajar dilantai dengan padung (meja kecil untuk meletakkan kitab):

 Usman: “Tuh rif ilmu kita nyantri bukan untuk jadi ustad, tapi untuk menggai cita-cita” sambil ketawa.

Arif: “iya us….banyak orang nyantri tujuannya biar dikagumi di kampungnya masing-masing karena kehormatan menjadi ustadz”

Usman: “kalo aku sih mau jadi orang kantoran yang ngerti agama” sambil ketawa.

Arif: “heheh…orang kantoran jadi OB?”

Usman:”ya engga dong seorang manager rif”

Arif:”Aminnnn……”

Usman: “Kalo kamu pengen jadi apa rif?”

Arif: “Jadi ABRI yang ngerti agama” sambil ketawa.

Ozan: “Eh aku ngga di tanya nie…..aku pengen kerja di bank”

Usman:”Mulai sekarang kita ungkapkan cita-cita kita dengan ketawa…kelak kita juga akan ketawa meraih cita-cita kita”

Setelah selesi kita mengaji seperti biasa kami bersalaman dengan pak kyai. Kami bertiga bergegas keluar bilik sebelum pulang ke rumah kita masing-masing. Waktu itu usman mengajak ke masjid terlebih dahulu. Di masjid kami bertiga berjanji setelah lulus SMP harus melanjutkan ke SMA dan kemudian kuliah untuk jadi Sarjana apapun yang terjadi. Cita-cita yang kami ungkapan dengan tertwa (tertawa karena hanya khayalan saja) tapi kita bertiga janji kelak akan merainya sehingga kita bertiga bisa tertawa.

Oleh: Samsul Maarif




No comments:

Post a Comment

Mohon komentarnya....!

Pendidikan

Analisis Data Statistik dengan SPSS


Tinggalkan Pesan dan Kesan Anda di Buku Tamu

Komentar Terbaru