Wednesday, January 27, 2016

Bagaimana Menyusun Latar Belakang Masalah Sebuah Penelitian

Bagaimana Menyusun Latar Belakang Masalah Sebuah Penelitian

Oleh: Samsul Maarif

Latar belakang masalah merupakan bagian pendahuluan yang sangat fundamental ketika kita menyusun sebuah proposal penelitian khususnya penelitian pendidikan matematika. Latar belakang masalah harus mencerminkan suatu alasan pentingnya masalah perlu diangkat pada sebuah penelitian. Dengan kata laian, melakukan sebuah penelitian harus berangkat dari suatu masalah yang selanjutnya di eksplorasi melalui suatu pengujian dengan metodologi ilmiah sehingga dapat ditemukan solusi dari permasalahan yang ada.

Seorang mahasiswa yang sedang menyusun proposal penelitian sebagai tugas akhir perkuliahan selalu dihadapkan pada pertanyaan “apa masalahnya?” sehingga Anda ingin meneliti tentang suatu kajian tertentu oleh seorang dosen yang sedang menguji dalam kegiatan sidang proposal penelitian ataupun sidang skripsi. Dalam beberapa kesempatan menguji skripsi penulis mencoba mengajukan pertanyaan yang sama dan jawaban mahasiswa hampir seluruhnya seragam. Diantara jawaban-jawaban mahasiswa yang berkembang, peneliti memberikan sebuah kesimpulan bahwa sebagian mahasiswa masih belum memahami tentang bagaimana menyusun latar belakang masalah yang baik. Berikut alasan penulis:

1.      Mahasiswa memberikan alasan bahwa permasalahan dibidang matematika dikarenakan oleh hasil belajar matematika ataupun kemampuan matematis siswa masih rendah, akan tetapi mahasiswa  tidak mengikutsertakan bukti hasil penelitian yang valid.
2.      Mahasiswa mengajukan data dari TIMMS atau PISA tentang peringkat Indonesia dalam bidang matematika, akan tetapi tanpa menyertakan bagaiman instrumen yang digunakan oleh TIMMS atau PISA, sampel yang digunakan, tingkat satuan pendidikan, waktu penelitian dan data lain terkait kemampuan matematis apa yang diukur.
3.      Mahasiswa melakukan klaim bahwa pembelajaran yang dilakukan guru belum efektif dengan bahasa yang tendensius menggunakan common sense bukan ilmiah kepada guru, akan tetapi tidak didukung dengan  data penelitian tentang bagaimana mengajar guru.
4.      Mahasiswa memberikan argumentasi permasalahan penelitian atas dasar pengalaman mengajar dengan memberikan kesimpulan siswa mengalami kesulitan belajar matematika, akan tetapi tidak mengikutsertakan data berupa bukti observasi, kemampuan siswa ataupun wawancara secara mendalam.
5.      Mahasiswa mengungkapkan suatu perlakuakan (model, metode, atau pendekatan pembalajaran) sebagai  eksperimentasi dalam sebuah penelitian, akan tetapi tidak memperhatikan apakah karakteristik perlakuan tersebut dapat mengakomodir karakteristik kemampuan matematis.
6.      Mahasiswa mengungkapkan kelebihan kelebiahan suatu perlakuan (model, metode, atau pendekatan pembalajaran) sebagai kalim bahwa perlakuan tersebut layak untuk diteliti, akan tetapi tidak mengikutsertakan hasil penelitian sebelumnya tentang perlakuan yang sama seperti kefektifitasan perlakuan, fenomena yang terjadi atas perlakuan, dan saran kajian selanjutnya tentang kajian suatu perlakuan.
7.      Tidak menyoroti tentang pentingnya masalah yang diangkat atas dasar feonomena yang berkembang dari masalah yang diteliti.
8.      Tidak menyinggung keterkaitan masalah yang akan diteliti dengan metodologi yang digunakan (kuantitatif atau kualitatif), terkadang suatu masalah cocok dilakukan dengan metodologi kualitatif dan ada juga masalah yang dapat digali dan dijastifikasi dengan metodologi kuantitaf bahakan campuran keduanya.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin berbagi bagaimana menyusun latar belakang masalah dalam “bab pendahuluan” supaya lebih baik. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun latar belakang masalah:

1.      Memahami apa itu masalah 

Sebelum kita melakukan sebuah kajian ataupun penelitian terlebih dahulu menentukan masalah yang ingin diteliti. Sebuah permasalahan dalam penelitian merupakan titik awal yang berfungsi sebagai pemersatu ide awal dengan fenomena-fonomena  yang terjadi dalam bidang pendidikan matematika. Biasanya kita dihadapkan pada sebuah pertanyaan “apakah masalah yang ingin diteliti sudah banyak yang mengkaji? apakah masalah yang akan kita teliti hal yang baru?” dalam setiap mengajukan sebuah proposal penelitian berupa skripsi, tesis ataupun disertasi. Penulis berpendapat bahwa pertanyaan-pertanyan seperti itu penting untuk diajukan, akan tetapi hal tersebut tidak serta merta dapat menngugurkan kajian yang akan kita lakukan. Masalah yang sudah banyak diteliti dapat kita gali secara mendalam untuk mencari tahu pada bagian mana hasil sebuah penelitian perlu dikaji lebih lanjut. Dalam artian sebuah penelitian sebelumnya memiliki hasil penelitian yang akan merekomendasikan suatu temuan untuk dikaji lebih lanjut, dari rekomendasi itulah kita dapat mengangkat sebuah permasalahan yang baru. 

Pernyataan sebuah permasalahan harus  mengandung konteks dapat mengungkap seberapa penting penelitian yang akan kita lakukan berkontribusi terhadap kemajuan bidang matematika. Menurut Ruseffendi (2005) maslah dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Masalah dapat diteliti, dalam artian masalah tersebut dapat dicari solusinya melalui pengumpulan data yang kemudian dianalisis.
b.      Adanya kontribusi terhadap pengetahuan sesuai dengan bidang yang dikaji
c.       Pemecahanya baik bagi peneliti, yaitu dengan memperhatikan tingkat kemampuan peneliti, ketersediaan literatur yang dimiliki dan sesuai dengan tingkat keterbatasan peneliti dalam hal waktu, biaya, daerah penelitian, generalisasi dan sebagainya.

Pastikan dalam menentukan masalah bahwa masalah yang ingin diangkat dapat diteliti, dapat diukur, dan dapat dianalisis. Biasanya dalam penelitian pendidikan matematika menentukan sebuah masalah penelitian di representasikan dalam bentuk variabel-variabel penelitian. Pastikan setiap variabel dapat  diukur dengan menggunakan sebuah instrumen baik berbentuk tes, angket, wawancara ataupun observasi. Variabel yang terukur tentunya memiliki indikator-indikator yang harus dikaji secara teoritis. 

Permasalahan juga harus memiliki kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang matematika. Kita dapat mengaitkan dengan bidang ilmu lain, akan tetapi tidak boleh melupakan bahwasanya masih dalam koridor perkembangan pendidikan matematika. Disamping itu, sejalannya sebuah permasalahan terhadap kontribusi keilmuan dimaksudkan agar seorang peneliti konsen terhadap bidangnya dan pada akhirnya menjadikan peneliti ahli pada bidang yang digelutinya.

Masalah yang akan diteliti juga harus mempertimbangkan kemampuan peneliti dalam hal banyaknya literatur, biaya, waktu, generalisasi dan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan gagalnya sebuah penelitian. Akan tetapi, jangan juga menjadi sebuah alasan bagi peneliti untuk tidak termotivasi mencari banyak literatur dan mencoba untuk mencari alternatif lain dari faktor-faktor yang dihadapi dalam proses penelitian. Artinya, seorang peneliti harus matang dalam mempertimbangkan masalah yang akan diteliti dengan seberapa jauh peneliti dapat mewujudkan solusi dari permasalahan yang diangkat.

2.      Studi Literatur

Studi literatur sangat dibutuhkan oleh seorang peneliti untuk memperkuat alasan pentingnya suatu masalah untuk diteliti. Studi literatur juga penting bagi seorang peneliti untuk mengetahui isu-isu yang sedang berkembang baik secara nasional maupun internasional pada pendidikan matematika. Literatur dapat didapatkan dari jurnal penelitian, prosiding seminar, dan buku referensi. Akan tetapi, alangkah baiknya literatur sebuah penelitian diambil dari jurnal penelitian dan prosiding seminar baik nasinal ataupun internasional yang sudah memiliki ISSN. Alasanya adalah bahwa tulisan tersebut sudah melalui tahapan reviu oleh seorang pakar dan layak untuk dipublikasikan. Perlu diingat  jangan menjadikan tulisan seseorang dalam lamaan sebuah web pribadinya sebagai referensi meskipun yang menulis adalah seorang ahli dibidangnya. Alasanya, tulisan yang dipublikasikan pada web pribadi tidak melalui proses justifikasi dari seorang reviewer. Akan teatpi, tidak salah jika tulisan di web kita jadikan sebagai bahan bacaan yang selanjutnya kita dapat merujuk daftar pustaka dari tulisan tersebut.

Untuk menemukan isu-isu yang sedang berkembang kita dapat kunjungi alamt jurnal internasional ataupun nasional yang kredibel. Kita dapat mengunjungi bagian Arsip dari sebuah jurnal untuk melihat judul-judul dan mengunduhnya dari terbitan volume terbaru. Biasanya pada jurnal internasional yang terindeks untuk mengunduh sebuah artikel dikenakan biaya, akan tetapi kita dapat membacanya secara online. Cari informasi-informasi penting dari artikel yang kita baca dan daftar pustaka dari artikel tersebut. Judul-judul atau isu-isu pada terbitan terbaru dapat kita jadikan pertimbangan untuk menentuklan masalah yang akan kita angkat dalam penelitian. 

3.      Cara Menyusn Latar Belakang Masalah Pada Bab Pendahuluan

Setelah kita mendapatkan masalah mengacu pada penjelasan di atas, maka langkah selanjutnya bagaimana menuliskannya secara terstruktur pada bab pendahuluan. Latar belakang masalah harus disusun secara terstruktur sehingga benang merah sebuah permasalahan dapat dipahami dengan baik oleh para pembaca. Creswell (2010) memberikan beberapa tips untuk menyusun masalah penelitian pada bab pendahuluan, yaitu:
a.       Tuliskan kalimat pembuka yang dapat menstimulasi keterkaitan pembaca dan mampu menampilkan masalah yang dapat dipahami secara rasional oleh pembaca pada umumnya.
b.      Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan-kutiapan, khususnya kutipan yang terlalu panjang.
c.       Hindari ekspresi-ekspresi idiomatis (kalimat-kalimat yang membingungkan)
d.      Pertimbangkan pengaruh informasi yang berupa angka.
e.       Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti dilema, isu) yang dapat menuntun pada penelitian.
f.       Tunjukkan mengapa masalah itu penting untuk diteliti dengan cara mengutip referensi yang membenarkan kelayakan peneltian akan masalah tersebut.
g.      Pastikan masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis pendekatan penelitian (kuantitatif, kualitatif atau penggabungan keduanya)
h.      Tuliskan, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat penelitian sehingga mengharuskan anda untuk menelitinya? sering kali dalam beberapa  penelitian ada banyak masalah yang perlu  dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.

Selain beberapapa tips yang diberikan oleh Creswell, penulis mencoba memeberikan langkah-langkah menulis latar belakang masalah, sebagai berikut:
a.       Mulailah dengan menuliskan pentingnya sebuah kajian yang ingin kita teliti, misalakan tentang “kemampuan pemecahan”. Kita dapat menyoroti dari kurikulum baik pada kurikulum nasional ataupun kurikulum dari negara-negara lain. Kemampuan memecahkan masalah sudah masuk dalam kurikulum nasional (KEMENDIKBUD) dan juga terdapat pada standar kurikulum amerika (NCTM). Selanjutnya ungkapkan juga kenapa kemampuan pemecahan masalah perlu dikembangkan dalam pembelajaran dengan merujuk pada hasil penelitian-penelitian terdahulu. Misalkan dengan menuliskan:

Kemampuan pemecahan masalah perlu dikemambangkan dalam pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar (Mr. A, 1999, Mr.B, 2000, Mr.C, 2003)*, tingkat sekolah menengah (Mr. D, 2006), bahkan tingkat perguruan tinggi (Mr. E, 2010) oleh sebab itu dalam kurikulu nasional kemampuan pemecahan masalah dan seterusnya.

Keterangan: *rangkuman data dari hasil penelitiannya Mr. A pada tahun 1999, Mr.B pada tahun 2000, Mr.C pada tahun 2003 yang menemukan temuan yang sama.

b.      Selanjutnya ungkap fakta-fakta yang terkait masih sulitnya kajian yang ingin dikembangkan. Kita dapat menyoroti fakta dari sisi kemampuan matematis, sikap siswa ataupun pembelajaran di kelas.  Misalakan kita akan mengungkap fakta “kemampuan pemecahan masalah”. Perlu diingat fakta harus didukung dengan data tidak boleh pernyataan yang tendensius tanpa didukung dengan data. Data dapat diambil dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sebagai contoh:

Kemampuan pemecahan masalah matematis pada tingkat sekolah masih dalam kategori rendah (Mr. A, 1999, Mr.B, 2000, Mr.C, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Mr.D mengungkap bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis masih menjadi persoalan bagi guru. Temuan lain mengungkapkan bahwa pada siswa yang memiliki kemampuan sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan non routine (Mr.E, 2013) dan setersunya.

Kita juga dapat menyoroti bagaimana fakta pembelajaran di kelas tentang kemampuan pemecahan masalah dengan mengkaji hasil-hasil penelitian. Misalnya dalam suatu rujukan ditemukan pernyataan:

dalam pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar, soal-soal yang dikembangkan oleh guru masih belum menyentuh pada tingkatan kemampuan pemecahan masalah  (Mr. A, 1999, Mr.B, 2000, Mr.C, 2003). Disamping itu, guru masih belum dapat menerpakan metode yang efektif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis (Mr.E, 2003) dan seterusnya.

c.       Setelah mengungkap beberapa fakta hasil penelitian, selanjutnya kita mengungkapkan perlakuan yang ingin kita lakukan. Yang perlu diperhatikan adalah karakteristik perlakuan harus sejalan dengan karakteristik kemampuan matematis yang dikembangkan. Hindari pernyataan-pernyataan yang memaksakan atau missing link antar pernyataan. Sebagai contoh karakteristik kemampuan pemecahan masalah dapat dijembatani dengan pembelajaran open ended, kita dapat menuliskan:

Untuk mengmbangkan kemampuan pemecahan masalah diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kemampuan pemecahan masala,. salah satunya adalah pendekatan Open Ended. Pada pendekatan open ended siswa dihadapkan pada permasalahan terbuka.............(Mr.A, 2007) dan seterusnya.

Disamping itu ungkapkan juga hasil penelitian sebelumnya tentang kelebihan-kelebihan pendekatan open ended dalam kaitanya mengembangkan kemampuan matematis khususnya kemampuan pemecahan masalah.

d.      Selanjutnya kita dapat mengungkapkan dugaan tentang penelitian akan kita lakukan. Sebagai contoh:

Dari penjelasan di atas maka dapat diduga bahwa terdapat pengaruh pendekatan open ended terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan seterusnya.

e.       Perlu diingat bahwa dalam menyusun paragrap terdapat induk kalimat (kalimat utama) dan anak kalimat (kalimat penjelas).

Demikin yang dapat penulis bagikan dalam kesempatan ini, mudah-mudahan dengan tulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan dalam menuliskan latar belakang masalah pada proposal penelitian. Semoga bermanfaat.


Daftar Pustaka
Creswell, J.W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ruseffendi, E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito













1 comment:

Mohon komentarnya....!

Pendidikan

Analisis Data Statistik dengan SPSS


Tinggalkan Pesan dan Kesan Anda di Buku Tamu

Komentar Terbaru