Saturday, July 13, 2013

Berpikir Kritis


Berpikir Kritis
Oleh: Samsul Maarif

Kemajuan zaman menjadikan kehidupan semakin bergerak pesat. Tidak terkeceuali pemikiran kritis anak-anak pada zaman sekarang yang menurut hemat penulis sudah lebih maju dibandingkan zamannya penulis. Penulis ingin berbagi sebuah cerita yang dialami penulis, suatu ketika penulis sedang bermain dengan seorang keponakan  yang berumur kurang lebihnya dua setengah tahun.
Waktu itu kekeponakan  penulis ingin buang air kecil dan meminta penulis untuk menemaninya ke kamar kecil. Penulis bilang ke keponakan  “Adekan sudah besar, ke kamar kecilnya sendiri saja”. Tapi keponakan  penulis tidak mau mintanya diantar karena tidak berani ungkapnya. Lalu penulis bertanya “Kenapa tidak berani”. Keponakan  penulispun menjawab “tidak berani karena takut ada setan”. Penulispun berkata pada keponakan “ Ade takut itu jangan sama setan, takut itu hanya pada Alloh”. Keponakanpun menjawab dengan polosnya “Jadi, Alloh itu lebih seram dari setan yah..”. Penulispun tidak bisa berkata-kata untuk menjelaskannya. Dari cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang anak kecil berumur dua tahun sudah mampu berpikir kritis untuk membandingkan dua hal yang berbeda dengan menyamakan pada suatu sifat hal yang ditakutinya. Hal ini menandakan pemikiran kritis sudah barang tentu terbangun oleh kemajuan lingkungan sekitar.

Tidak jarang dari kita memandang bahwa orang yang berpikir kritis adalah orang yang sering berinterupsi pada saat rapat ataupun diskusi-siskusi. Seseorang akan menyanggah ataupun mengkritik darui suatu permasalahan yang menurut pemikirannya tidak tepat adalah salah satu ciri dari seseorang yang berpikir kritis. Dengan menggunakan logika berpikirnya menganalisis suatu permasalah dengan sistematis dan kemudian menentukan hal-hal yang dirasa janggakl tidak sesuai dengan alur berpikirnya yang kemudian dituangkan pada penentuan solusi dari hal tersebut.

Terdapat beberapa definisi mengenai berpikir Kritis. Krulik dan Rudnik (Rochaminah, 2005) mendefinisikan berpikir kritis adalah berpikir yang menguji, menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek dari suatu masalah. Dalam permasalahn yang ditemukan seseorang harus dikaji secara mendalam dengan menguji solusi dari permasalahan tersebut. Pengujian-pengujian tentunya dengan menggunakan alur logika menghubungkan hal-hal yang terkait dengan permasalahan yang telah ditemuinya. Setelah seseorang mampu menemukan solusi dari suatu permasalahan tentunya tidak langsung menggunakan solusi tersebut tapi perlu tindakan apakah solusi yang telah didapatkan benar-benar mampu menyelesaikan suatu permasalahn. Untuk itu mengevaluasi solusi dari permasalahan menjadi tidak lanjut dari seseorang yang berpikir kritis.

Pemikir kritis secara sistematis menganalisis aktivitas mental untuk menguji tingkat keandalannya. Mereka tidak menerima begitu saja cara mengerjakan sesuatu hanya karena selama ini memang begitulah cara mengerjakannya, dan mereka juga tidak menganggap suatu pertanyaan benar hanya karena orang lain membenarkannya. Sebagai contoh dalam berbagai kesempatan pelatihan guru-guru sekolah dasar penulis mengajukan sebuah pertanyaan “mana yang benar Ï€ = 3,14 atau Ï€ = 22/7 ?”. Hampir semua guru dalam berbagai kesempatan pelatihan guru-guru SD menjawab semuanya benar. Memang hal tersebut adalah sebuah missconsept yang sudah menjadi pembenaran. Padahal, nilai Ï€ akan sama dengan perbandingan antara keliling lingkaran dengan diameternya atau Ï€ = k/d. Disini terlihat bahwa kurangnya berpikir kritis untuk menganalisis hal-hal yang telah biasa untuk diuji kebenarannya dimana yang benar bahwa Ï€ mendekati 3,14 ataupun 22/7 bukan sama dengan. Karena jika kita menggunakan sama dengan artinya nilai Ï€ akan sama nilainya dengan 3,14 atau 22/7. Oleh sebab itu orang yang berpikir kritis hendaknya selalu bertanya, “Apakah pernyataan orang itu bebas dari prasangka? Apakah argumen orang itu logis? Apakah pengungkapannya didasarkan pada informasi yang benar?”. Pemikir kritis akan selalu memeriksa sebuah dalil ataupun teorema untuk melihat apakah teorematersebut didukung oleh kebenaran atau merupakan produk kesalahpahaman yang sudah menjadi pembenaran.

Menurut Ennis (Rahmy, 2012), berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasioanal yang diarahkan untuk memutuskan untuk meyakini atau melakukan sesuatu. Dari pengertian berpikir kritis tersebut seseorang akan melihat suatu permasalahan tidak langsung menelan secara mentah-mentah informasi yang didapatkan. Sebaliknya, mereka yang berpikir kritis akan menggunakan pemikiran logis dan rasional untuk menganalisis suatu informasi yang didapatkan sehingga dapat mengetahui unsur-unsur yang diketahui pada informasi tersebut. Sehingga, atas dasar pemikiran yang rasional tersebut seseorang dapat meyakini kebenaran sebuah informasi ataupun melakukan revisi dari informasi yang telah didapatkan.

Hanya berpikir kritis, berpikir secara terorganisasi mengenai proses berpikir kita sendiri dan proses berpikir orang lain yang akan membekali siswa untuk sebaik mungkin menghadapi informasi yang mereka dengar dan baca, kejadian yang mereka alami dan keputusan yang mereka buat sendiri. Hanya berpikir kritislah yang memungkinkan mereka menganalisis pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa mereka telah menentukan pilihan dan menarik kesimpulan cerdas.

Hambatan bagi seseorang yang berpikiran kritis adalah tidak diimbanginya mereka dalam kondisi dimana mereka berada. Misalnya seorang siswa yang kritis menanyakan pembahasan diluar jangkauan guru yang mengajarnya dan guru tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang diinginkan pemikir kritis tersebut. Dan yang lebih parah dari itu adalah guru tersebut cenderung meluapkan emosi marah karena tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan jawaban yang dimaksud. Seharusnya seorang guru memberikan ruang seluas-luasnya pada siswa agar sepaya pemikiran-pemikiran siswa meskipan terkadang agak sedikit nyeleneh untuk mendapatkan apresiasi. 

Demikian, sedikit tulisan yang dapat dibagi pada tulisan kali ini. Segala macam perdebatan masih memungkinkan sebagai memperkaya warna keilmuan. Terimaksih.



Daftar Pustaka

Rochaminah, Sutci. 2005. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. Makalah.

Zulmaulida, Rahmy. 2012. Pembelajaran dengan Pendekatan Proses Berpikir Reflektif terhadap Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Tesis SPS UPI.

No comments:

Post a Comment

Mohon komentarnya....!

Pendidikan

Analisis Data Statistik dengan SPSS


Tinggalkan Pesan dan Kesan Anda di Buku Tamu

Komentar Terbaru