A. Latar Belakang
Belajar merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan semua orang. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia
yang kreatif, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang
Dalam belajar matematika hendaknya fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran.
Pentingnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika didasarkan pada sifat mata pelajaran itu sendiri, karena pada dasarnya mata pelajaran matematika bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu cara dalam mengatasi agar mata pelajaran tersebut mendapat respon yang tinggi dari siswa. Oleh karena itu, diperlukan aktivitas siswa untuk dapat memahami dan menguasai materi yang diberikan.
Umumnya, peserta didik kurang/tidak tertarik terhadap cara mengajar dan belajar matematika yang menggunakan cara konvensional. Ketidaksenangan peserta didik terhadap pelajaran matematika disebabkan guru tidak mampu mengajarkan materi matematika secara menarik dan profesional.
Salah satu kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika yaitu dengan melalui pendekatan problem posing. Pendekatan ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal dari masalah yang diberikan oleh guru dan menyelesaikannya sendiri atau diselesaikan oleh siwa yang lain, sehingga akan terlihat kegiatan siswa akan lebih dominan dibandingkan dengan guru.
C. Kajian Teori
Problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal) atau membuat masalah (soal)”. Problem Posing adalah perumusan masalah (soal) yaitu siswa diarahkan untuk membuat soalnya sendiri. Problem posing ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan merumuskan soal yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Menurut Silver (Sutiarso, 2000) problem posing mempunyai beberapa arti:
1 ) Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai.
2) Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan. Problem posing dimaksudkan perumusan masalah (soal) oleh siswa dari situasi yang tersedia atau soal yang diberikan oleh guru, yang dilakukan sebelum, ketika, dan setelah pemecahan masalah, misalnya guru mengajukan masalah/soal kepada siswa, selanjutnya siswa disuruh mengajukan pertanyaan-pertanyaan (masalah-masalah) yang mengarah kepada pemecahan masalah.
3 ) Problem posing yaitu merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.
Problem posing menurut tim penelitian tindakan matematika diartikan sebagai membangun atau membentuk permasalahan. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing ( pengajuan soal ) pada intinya adalah meminta siswa untuk mengajukan soal / masalah. Masalah yang diajukan dapat berdasarkan pada topik yang luas dan soal yang sudah dikerjakan atau pada informasi tertentu yang diberikan oleh guru ( Sukarma, 2004 : 52 ).
Sedangkan menurut Suyanto problem posing merupakan istilah dalam bahasa inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “ Pembentukan soal “ arti dari pembentukan soal adalah perumusan soal atau mengerjakan soal dari situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum ketika atau setelah pemecahan masalah ( Darnati, 2004 : 4 ).
Metode berdasarkan masalah ( problem posing ) memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari dan menemukan sendiri informasi / data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori atau kesimpulan. Metode ini digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lain, contohnya metode diskusi yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa ( kelompok-kelompok siswa ) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif atas pemecahan masalah (Hasibuan Dkk, 2004 : 20).
Pada dasarnya problem posing merupakan pengembangan dari pembelajaran dengan problem solving (pemecahan masalah). Pengembangan ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahwa dalam problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam memahami soal, merencanakan langkah-langkah penyelesaian soal, dan menyelesaikan soal tersebut. Ketiga langkah tersebut adalah bagian dari langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan problem solving (pemecahan masalah).
D. Aplikasi Problem Posing
Suryanto (Suharta, 2000) mengatakan bahwa problem posing matematika merupakan salah satu sistem kriteria penggunaan pola pikir matematik atau kriteria berpikir matematik dan sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika melalui pendekatan problem posing mencakup dua macam kegiatan, yaitu:
1. Membuat soal matematika dari situasi atau pengalaman siswa.
2. Membuat soal matematika dari soal lain yang sudak ada.
Dari kedua kegiatan tersebut, terdapat dua aspek penting yaitu accepting dan challeging. Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang sudah ditentukan. Sedangkan challeging berkaitan dengan sampai sejauah mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan sehingga memiliki kemampuan untk membuat soal matematika, sehingga problem posing matematika dapat membantu siswa untuk mengembangkan proses nalar mereka (Hamzah, 2003; 19).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran melalui pendekatan problem posing dapat meningkatkan pola pikir matematika yang sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Ini berarti pembelajaran matematika dengan problem posing dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan keaktifan siswa dalam belajar.
Ada pun langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing adalah sebagai berikut:
(1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
(2) guru membentuk kelompok yang beranggota 4-5 orang yang heterogen, baik kemampuan maupun jenis kelamin. Kemudian,
(3) guru membagi materi yang berbeda untuk dirangkum, namun masih dalam konsep yang sama.
(4) Guru meminta masing-masing peserta didik membuat dua soal dari materi yang telah dibagikan tersebut pada lembar problem posing I.
(5) Peserta didik berdiskusi kelompok untuk mencari penyelesaian dari soal yang telah dibuat pada lembar problem posing I tersebut.
(6) Masing-masing kelompok menuliskan satu atau dua soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompok ke dalam lembar problem posing II dan ditukarkan pada kelompok lain secara berurutan atau zig-zag, aturannya terserah pada guru.
(7) Masing-masing kelompok berdiskusi mencarikan hasil/penyelesaian dari lembar problem posing II.
(8) Guru menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan hasil rangkuman yang telah dikerjakan dan membacakan soal yang tidak bisa dipecahkan di kelompoknya. Kelompok lain, sebagai audiensi yang punya hak untuk menyangkal, bertanya dan memberikan masukan, sehingga pembelajaran berlangsung hangat dan guru hanya berperan sebagai moderator.(9) Berdiskusi kelas membahas soal dari lembar problem posing I. (10) Guru dan peserta didik membuat kesimpulan. (11) Guru memberikan tugas rumah.
Contoh penggunaan problem posing
Bermain Pasar-Pasaran
Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menghadapi Soal Cerita tentang Perkalian dan Pembagian.
Perkalian dan pembagian merupakan materi yang saling berpasangan. Materi tersebut termasuk materi esensial yang cukup lama proses penanamannya. Bahkan, kalau sudah disajikan dalam soal cerita, seringkali para siswa mengalami kesulitan.
Contoh penggunaan problem posing dalam meningkatkan kemampuan siswa menghadapi soal cerita tentang perkalian dan pembagian adalah sebagai berikut:
1. Siapkan sudut pasar di dalam kelas (dus susu, korek api, sabun, dll) dengan jumlah tiap benda minimal 12 bungkus. Beri label harga untuk tiap benda.
2. Minta anak mengambil 2 benda yang berbeda dengan jumlah lebih dari 1.
Misal: sabun mandi 5 bungkus @ Rp 1.800, pasta gigi 2 bungkus @ Rp 4.200.
Secara berkelompok siswa menghitung harga barang yang terambil.
5 x Rp 1.800 = Rp 9.000
2 x Rp 4.200 = Rp 8.400
Untuk pembagiannya, kegiatan anak selanjutnya menumpuk sabun 5 bungkus tadi dan memberi harga Rp 9.000 kemudian menghitung harga satuannya.
Lanjutkan dengan kegiatan yang sama untuk benda yang berbeda.
Satu hal yang menarik dalam kegiatan yang dilakukan ini adalah bahwa guru tidak hanya meminta anak menjadi reseptor (penerima pasif) dari soal cerita. Seorang guru justru menghendaki siswanya menjadi kreator (pencipta aktif) soal cerita. Guru hendaknya meminta siswa membuat soal cerita yang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
Mereka diminta untuk membuat soal sesulit mungkin dan berharap agar teman yang diberi soalnya tidak bias menjawabnya dengan mudah. Namun demikian, setiap siswa harus membuat kunci jawab dari soal yang dijawabnya. Selanjutnya meminta para siswa mendiskusikan jawabannya dengan kunci yang dibuat temannya. Jika ada perselisihan tentang jawaban dan prosesnya, mereka bisa mempertanyakannya kepada guru.
E. Kesimpulan
Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai.
Pembelajaran matematika melalui pendekatan problem posing mencakup dua macam kegiatan, yaitu: membuat soal matematika dari situasi atau pengalaman siswa, dan membuat soal matematika dari soal lain yang sudak ada.
Penerapan strategi problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran dikelas. Kelebihan pembelajaran dengan pendekatan problem posing adalah kelas menjadi hidup dan peserta didik sangat berminat serta termotivasi dalam belajar, meningkatkan kemampuan berpikir teoritis dan kreatif dari siswa, meningkatkan perhatian dan komunikasi matematika siswa, dan meningkatkan pemahaman konsep matematika. Sementara kendala dari penerapan pendekatan problem posing adalah waktu yang diperlukan relatif lebih banyak.
Belajar merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan semua orang. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia
yang kreatif, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang
Dalam belajar matematika hendaknya fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran.
Pentingnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika didasarkan pada sifat mata pelajaran itu sendiri, karena pada dasarnya mata pelajaran matematika bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu cara dalam mengatasi agar mata pelajaran tersebut mendapat respon yang tinggi dari siswa. Oleh karena itu, diperlukan aktivitas siswa untuk dapat memahami dan menguasai materi yang diberikan.
Umumnya, peserta didik kurang/tidak tertarik terhadap cara mengajar dan belajar matematika yang menggunakan cara konvensional. Ketidaksenangan peserta didik terhadap pelajaran matematika disebabkan guru tidak mampu mengajarkan materi matematika secara menarik dan profesional.
Salah satu kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika yaitu dengan melalui pendekatan problem posing. Pendekatan ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat soal dari masalah yang diberikan oleh guru dan menyelesaikannya sendiri atau diselesaikan oleh siwa yang lain, sehingga akan terlihat kegiatan siswa akan lebih dominan dibandingkan dengan guru.
C. Kajian Teori
Problem posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “merumuskan masalah (soal) atau membuat masalah (soal)”. Problem Posing adalah perumusan masalah (soal) yaitu siswa diarahkan untuk membuat soalnya sendiri. Problem posing ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan merumuskan soal yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Menurut Silver (Sutiarso, 2000) problem posing mempunyai beberapa arti:
1 ) Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai.
2) Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan. Problem posing dimaksudkan perumusan masalah (soal) oleh siswa dari situasi yang tersedia atau soal yang diberikan oleh guru, yang dilakukan sebelum, ketika, dan setelah pemecahan masalah, misalnya guru mengajukan masalah/soal kepada siswa, selanjutnya siswa disuruh mengajukan pertanyaan-pertanyaan (masalah-masalah) yang mengarah kepada pemecahan masalah.
3 ) Problem posing yaitu merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.
Problem posing menurut tim penelitian tindakan matematika diartikan sebagai membangun atau membentuk permasalahan. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing ( pengajuan soal ) pada intinya adalah meminta siswa untuk mengajukan soal / masalah. Masalah yang diajukan dapat berdasarkan pada topik yang luas dan soal yang sudah dikerjakan atau pada informasi tertentu yang diberikan oleh guru ( Sukarma, 2004 : 52 ).
Sedangkan menurut Suyanto problem posing merupakan istilah dalam bahasa inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “ Pembentukan soal “ arti dari pembentukan soal adalah perumusan soal atau mengerjakan soal dari situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum ketika atau setelah pemecahan masalah ( Darnati, 2004 : 4 ).
Metode berdasarkan masalah ( problem posing ) memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari dan menemukan sendiri informasi / data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori atau kesimpulan. Metode ini digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lain, contohnya metode diskusi yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa ( kelompok-kelompok siswa ) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif atas pemecahan masalah (Hasibuan Dkk, 2004 : 20).
Pada dasarnya problem posing merupakan pengembangan dari pembelajaran dengan problem solving (pemecahan masalah). Pengembangan ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahwa dalam problem posing diperlukan kemampuan siswa dalam memahami soal, merencanakan langkah-langkah penyelesaian soal, dan menyelesaikan soal tersebut. Ketiga langkah tersebut adalah bagian dari langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan problem solving (pemecahan masalah).
D. Aplikasi Problem Posing
Suryanto (Suharta, 2000) mengatakan bahwa problem posing matematika merupakan salah satu sistem kriteria penggunaan pola pikir matematik atau kriteria berpikir matematik dan sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika melalui pendekatan problem posing mencakup dua macam kegiatan, yaitu:
1. Membuat soal matematika dari situasi atau pengalaman siswa.
2. Membuat soal matematika dari soal lain yang sudak ada.
Dari kedua kegiatan tersebut, terdapat dua aspek penting yaitu accepting dan challeging. Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami situasi yang diberikan oleh guru atau situasi yang sudah ditentukan. Sedangkan challeging berkaitan dengan sampai sejauah mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan sehingga memiliki kemampuan untk membuat soal matematika, sehingga problem posing matematika dapat membantu siswa untuk mengembangkan proses nalar mereka (Hamzah, 2003; 19).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran melalui pendekatan problem posing dapat meningkatkan pola pikir matematika yang sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika. Ini berarti pembelajaran matematika dengan problem posing dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan keaktifan siswa dalam belajar.
Ada pun langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing adalah sebagai berikut:
(1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
(2) guru membentuk kelompok yang beranggota 4-5 orang yang heterogen, baik kemampuan maupun jenis kelamin. Kemudian,
(3) guru membagi materi yang berbeda untuk dirangkum, namun masih dalam konsep yang sama.
(4) Guru meminta masing-masing peserta didik membuat dua soal dari materi yang telah dibagikan tersebut pada lembar problem posing I.
(5) Peserta didik berdiskusi kelompok untuk mencari penyelesaian dari soal yang telah dibuat pada lembar problem posing I tersebut.
(6) Masing-masing kelompok menuliskan satu atau dua soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompok ke dalam lembar problem posing II dan ditukarkan pada kelompok lain secara berurutan atau zig-zag, aturannya terserah pada guru.
(7) Masing-masing kelompok berdiskusi mencarikan hasil/penyelesaian dari lembar problem posing II.
(8) Guru menunjuk satu kelompok untuk mempresentasikan hasil rangkuman yang telah dikerjakan dan membacakan soal yang tidak bisa dipecahkan di kelompoknya. Kelompok lain, sebagai audiensi yang punya hak untuk menyangkal, bertanya dan memberikan masukan, sehingga pembelajaran berlangsung hangat dan guru hanya berperan sebagai moderator.(9) Berdiskusi kelas membahas soal dari lembar problem posing I. (10) Guru dan peserta didik membuat kesimpulan. (11) Guru memberikan tugas rumah.
Contoh penggunaan problem posing
Bermain Pasar-Pasaran
Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menghadapi Soal Cerita tentang Perkalian dan Pembagian.
Perkalian dan pembagian merupakan materi yang saling berpasangan. Materi tersebut termasuk materi esensial yang cukup lama proses penanamannya. Bahkan, kalau sudah disajikan dalam soal cerita, seringkali para siswa mengalami kesulitan.
Contoh penggunaan problem posing dalam meningkatkan kemampuan siswa menghadapi soal cerita tentang perkalian dan pembagian adalah sebagai berikut:
1. Siapkan sudut pasar di dalam kelas (dus susu, korek api, sabun, dll) dengan jumlah tiap benda minimal 12 bungkus. Beri label harga untuk tiap benda.
2. Minta anak mengambil 2 benda yang berbeda dengan jumlah lebih dari 1.
Misal: sabun mandi 5 bungkus @ Rp 1.800, pasta gigi 2 bungkus @ Rp 4.200.
Secara berkelompok siswa menghitung harga barang yang terambil.
5 x Rp 1.800 = Rp 9.000
2 x Rp 4.200 = Rp 8.400
Untuk pembagiannya, kegiatan anak selanjutnya menumpuk sabun 5 bungkus tadi dan memberi harga Rp 9.000 kemudian menghitung harga satuannya.
Lanjutkan dengan kegiatan yang sama untuk benda yang berbeda.
Satu hal yang menarik dalam kegiatan yang dilakukan ini adalah bahwa guru tidak hanya meminta anak menjadi reseptor (penerima pasif) dari soal cerita. Seorang guru justru menghendaki siswanya menjadi kreator (pencipta aktif) soal cerita. Guru hendaknya meminta siswa membuat soal cerita yang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
Mereka diminta untuk membuat soal sesulit mungkin dan berharap agar teman yang diberi soalnya tidak bias menjawabnya dengan mudah. Namun demikian, setiap siswa harus membuat kunci jawab dari soal yang dijawabnya. Selanjutnya meminta para siswa mendiskusikan jawabannya dengan kunci yang dibuat temannya. Jika ada perselisihan tentang jawaban dan prosesnya, mereka bisa mempertanyakannya kepada guru.
E. Kesimpulan
Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai.
Pembelajaran matematika melalui pendekatan problem posing mencakup dua macam kegiatan, yaitu: membuat soal matematika dari situasi atau pengalaman siswa, dan membuat soal matematika dari soal lain yang sudak ada.
Penerapan strategi problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran dikelas. Kelebihan pembelajaran dengan pendekatan problem posing adalah kelas menjadi hidup dan peserta didik sangat berminat serta termotivasi dalam belajar, meningkatkan kemampuan berpikir teoritis dan kreatif dari siswa, meningkatkan perhatian dan komunikasi matematika siswa, dan meningkatkan pemahaman konsep matematika. Sementara kendala dari penerapan pendekatan problem posing adalah waktu yang diperlukan relatif lebih banyak.
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!