Bagaimana
Menyusun Latar Belakang Masalah Sebuah Penelitian
Oleh:
Samsul Maarif
Latar belakang masalah
merupakan bagian pendahuluan yang sangat fundamental ketika kita menyusun
sebuah proposal penelitian khususnya penelitian pendidikan matematika. Latar
belakang masalah harus mencerminkan suatu alasan pentingnya masalah perlu
diangkat pada sebuah penelitian. Dengan kata laian, melakukan sebuah penelitian
harus berangkat dari suatu masalah yang selanjutnya di eksplorasi melalui suatu
pengujian dengan metodologi ilmiah sehingga dapat ditemukan solusi dari
permasalahan yang ada.
Seorang mahasiswa yang
sedang menyusun proposal penelitian sebagai tugas akhir perkuliahan selalu
dihadapkan pada pertanyaan “apa masalahnya?” sehingga Anda ingin meneliti tentang
suatu kajian tertentu oleh seorang dosen yang sedang menguji dalam kegiatan
sidang proposal penelitian ataupun sidang skripsi. Dalam beberapa kesempatan
menguji skripsi penulis mencoba mengajukan pertanyaan yang sama dan jawaban
mahasiswa hampir seluruhnya seragam. Diantara jawaban-jawaban mahasiswa yang
berkembang, peneliti memberikan sebuah kesimpulan bahwa sebagian mahasiswa
masih belum memahami tentang bagaimana menyusun latar belakang masalah yang
baik. Berikut alasan penulis:
1. Mahasiswa
memberikan alasan bahwa permasalahan dibidang matematika dikarenakan oleh hasil
belajar matematika ataupun kemampuan matematis siswa masih rendah, akan tetapi
mahasiswa tidak mengikutsertakan bukti
hasil penelitian yang valid.
2. Mahasiswa
mengajukan data dari TIMMS atau PISA tentang peringkat Indonesia dalam bidang
matematika, akan tetapi tanpa menyertakan bagaiman instrumen yang digunakan
oleh TIMMS atau PISA, sampel yang digunakan, tingkat satuan pendidikan, waktu
penelitian dan data lain terkait kemampuan matematis apa yang diukur.
3. Mahasiswa
melakukan klaim bahwa pembelajaran yang dilakukan guru belum efektif dengan
bahasa yang tendensius menggunakan common
sense bukan ilmiah kepada guru, akan tetapi tidak didukung dengan data penelitian tentang bagaimana mengajar guru.
4. Mahasiswa
memberikan argumentasi permasalahan penelitian atas dasar pengalaman mengajar dengan
memberikan kesimpulan siswa mengalami kesulitan belajar matematika, akan tetapi
tidak mengikutsertakan data berupa bukti observasi, kemampuan siswa ataupun
wawancara secara mendalam.
5. Mahasiswa
mengungkapkan suatu perlakuakan (model, metode, atau pendekatan pembalajaran) sebagai
eksperimentasi dalam sebuah penelitian,
akan tetapi tidak memperhatikan apakah karakteristik perlakuan tersebut dapat
mengakomodir karakteristik kemampuan matematis.
6. Mahasiswa
mengungkapkan kelebihan kelebiahan suatu perlakuan (model, metode, atau
pendekatan pembalajaran) sebagai kalim bahwa perlakuan tersebut layak untuk
diteliti, akan tetapi tidak mengikutsertakan hasil penelitian sebelumnya tentang
perlakuan yang sama seperti kefektifitasan perlakuan, fenomena yang terjadi
atas perlakuan, dan saran kajian selanjutnya tentang kajian suatu perlakuan.
7. Tidak
menyoroti tentang pentingnya masalah yang diangkat atas dasar feonomena yang
berkembang dari masalah yang diteliti.
8. Tidak
menyinggung keterkaitan masalah yang akan diteliti dengan metodologi yang
digunakan (kuantitatif atau kualitatif), terkadang suatu masalah cocok
dilakukan dengan metodologi kualitatif dan ada juga masalah yang dapat digali
dan dijastifikasi dengan metodologi kuantitaf bahakan campuran keduanya.
Untuk
itu, dalam kesempatan ini penulis ingin berbagi bagaimana menyusun latar
belakang masalah dalam “bab pendahuluan” supaya lebih baik. Berikut hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menyusun latar belakang masalah:
1. Memahami
apa itu masalah
Sebelum
kita melakukan sebuah kajian ataupun penelitian terlebih dahulu menentukan
masalah yang ingin diteliti. Sebuah permasalahan dalam penelitian merupakan
titik awal yang berfungsi sebagai pemersatu ide awal dengan fenomena-fonomena yang terjadi dalam bidang pendidikan
matematika. Biasanya kita dihadapkan pada sebuah pertanyaan “apakah masalah yang
ingin diteliti sudah banyak yang mengkaji? apakah masalah yang akan kita teliti
hal yang baru?” dalam setiap mengajukan sebuah proposal penelitian berupa
skripsi, tesis ataupun disertasi. Penulis berpendapat bahwa
pertanyaan-pertanyan seperti itu penting untuk diajukan, akan tetapi hal
tersebut tidak serta merta dapat menngugurkan kajian yang akan kita lakukan.
Masalah yang sudah banyak diteliti dapat kita gali secara mendalam untuk
mencari tahu pada bagian mana hasil sebuah penelitian perlu dikaji lebih lanjut.
Dalam artian sebuah penelitian sebelumnya memiliki hasil penelitian yang akan
merekomendasikan suatu temuan untuk dikaji lebih lanjut, dari rekomendasi itulah
kita dapat mengangkat sebuah permasalahan yang baru.
Pernyataan
sebuah permasalahan harus mengandung
konteks dapat mengungkap seberapa penting penelitian yang akan kita lakukan
berkontribusi terhadap kemajuan bidang matematika. Menurut Ruseffendi (2005)
maslah dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Masalah
dapat diteliti, dalam artian masalah tersebut dapat dicari solusinya melalui
pengumpulan data yang kemudian dianalisis.
b. Adanya
kontribusi terhadap pengetahuan sesuai dengan bidang yang dikaji
c. Pemecahanya
baik bagi peneliti, yaitu dengan memperhatikan tingkat kemampuan peneliti,
ketersediaan literatur yang dimiliki dan sesuai dengan tingkat keterbatasan
peneliti dalam hal waktu, biaya, daerah penelitian, generalisasi dan
sebagainya.
Pastikan
dalam menentukan masalah bahwa masalah yang ingin diangkat dapat diteliti,
dapat diukur, dan dapat dianalisis. Biasanya dalam penelitian pendidikan
matematika menentukan sebuah masalah penelitian di representasikan dalam bentuk
variabel-variabel penelitian. Pastikan setiap variabel dapat diukur dengan menggunakan sebuah instrumen baik
berbentuk tes, angket, wawancara ataupun observasi. Variabel yang terukur
tentunya memiliki indikator-indikator yang harus dikaji secara teoritis.
Permasalahan
juga harus memiliki kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
bidang matematika. Kita dapat mengaitkan dengan bidang ilmu lain, akan tetapi
tidak boleh melupakan bahwasanya masih dalam koridor perkembangan pendidikan
matematika. Disamping itu, sejalannya sebuah permasalahan terhadap kontribusi
keilmuan dimaksudkan agar seorang peneliti konsen terhadap bidangnya dan pada
akhirnya menjadikan peneliti ahli pada bidang yang digelutinya.
Masalah
yang akan diteliti juga harus mempertimbangkan kemampuan peneliti dalam hal
banyaknya literatur, biaya, waktu, generalisasi dan faktor-faktor lain yang
dapat menyebabkan gagalnya sebuah penelitian. Akan tetapi, jangan juga menjadi
sebuah alasan bagi peneliti untuk tidak termotivasi mencari banyak literatur
dan mencoba untuk mencari alternatif lain dari faktor-faktor yang dihadapi
dalam proses penelitian. Artinya, seorang peneliti harus matang dalam
mempertimbangkan masalah yang akan diteliti dengan seberapa jauh peneliti dapat
mewujudkan solusi dari permasalahan yang diangkat.
2. Studi
Literatur
Studi
literatur sangat dibutuhkan oleh seorang peneliti untuk memperkuat alasan
pentingnya suatu masalah untuk diteliti. Studi literatur juga penting bagi
seorang peneliti untuk mengetahui isu-isu yang sedang berkembang baik secara
nasional maupun internasional pada pendidikan matematika. Literatur dapat
didapatkan dari jurnal penelitian, prosiding seminar, dan buku referensi. Akan
tetapi, alangkah baiknya literatur sebuah penelitian diambil dari jurnal
penelitian dan prosiding seminar baik nasinal ataupun internasional yang sudah
memiliki ISSN. Alasanya adalah bahwa tulisan tersebut sudah melalui tahapan reviu
oleh seorang pakar dan layak untuk dipublikasikan. Perlu diingat jangan menjadikan tulisan seseorang dalam
lamaan sebuah web pribadinya sebagai referensi meskipun yang menulis adalah
seorang ahli dibidangnya. Alasanya, tulisan yang dipublikasikan pada web
pribadi tidak melalui proses justifikasi dari seorang reviewer. Akan teatpi, tidak salah jika tulisan di web kita jadikan
sebagai bahan bacaan yang selanjutnya kita dapat merujuk daftar pustaka dari
tulisan tersebut.
Untuk
menemukan isu-isu yang sedang berkembang kita dapat kunjungi alamt jurnal
internasional ataupun nasional yang kredibel. Kita dapat mengunjungi bagian
Arsip dari sebuah jurnal untuk melihat judul-judul dan mengunduhnya dari
terbitan volume terbaru. Biasanya pada jurnal internasional yang terindeks
untuk mengunduh sebuah artikel dikenakan biaya, akan tetapi kita dapat
membacanya secara online. Cari
informasi-informasi penting dari artikel yang kita baca dan daftar pustaka dari
artikel tersebut. Judul-judul atau isu-isu pada terbitan terbaru dapat kita
jadikan pertimbangan untuk menentuklan masalah yang akan kita angkat dalam
penelitian.
3. Cara
Menyusn Latar Belakang Masalah Pada Bab Pendahuluan
Setelah
kita mendapatkan masalah mengacu pada penjelasan di atas, maka langkah
selanjutnya bagaimana menuliskannya secara terstruktur pada bab pendahuluan. Latar
belakang masalah harus disusun secara terstruktur sehingga benang merah sebuah
permasalahan dapat dipahami dengan baik oleh para pembaca. Creswell (2010)
memberikan beberapa tips untuk menyusun masalah penelitian pada bab
pendahuluan, yaitu:
a. Tuliskan
kalimat pembuka yang dapat menstimulasi keterkaitan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara rasional oleh pembaca pada
umumnya.
b. Sebagai
aturan umum, hindari penggunaan kutipan-kutiapan, khususnya kutipan yang
terlalu panjang.
c. Hindari
ekspresi-ekspresi idiomatis (kalimat-kalimat yang membingungkan)
d. Pertimbangkan
pengaruh informasi yang berupa angka.
e. Tunjukkan
secara jelas masalah yang diangkat (seperti dilema, isu) yang dapat menuntun
pada penelitian.
f. Tunjukkan
mengapa masalah itu penting untuk diteliti dengan cara mengutip referensi yang
membenarkan kelayakan peneltian akan masalah tersebut.
g. Pastikan
masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis
pendekatan penelitian (kuantitatif, kualitatif atau penggabungan keduanya)
h. Tuliskan,
apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat penelitian sehingga
mengharuskan anda untuk menelitinya? sering kali dalam beberapa penelitian ada banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.
Selain beberapapa tips
yang diberikan oleh Creswell, penulis mencoba memeberikan langkah-langkah
menulis latar belakang masalah, sebagai berikut:
a. Mulailah
dengan menuliskan pentingnya sebuah kajian yang ingin kita teliti, misalakan
tentang “kemampuan pemecahan”. Kita dapat menyoroti dari kurikulum baik pada
kurikulum nasional ataupun kurikulum dari negara-negara lain. Kemampuan
memecahkan masalah sudah masuk dalam kurikulum nasional (KEMENDIKBUD) dan juga
terdapat pada standar kurikulum amerika (NCTM). Selanjutnya ungkapkan juga
kenapa kemampuan pemecahan masalah perlu dikembangkan dalam pembelajaran dengan
merujuk pada hasil penelitian-penelitian terdahulu. Misalkan dengan menuliskan:
Kemampuan
pemecahan masalah perlu dikemambangkan dalam pembelajaran matematika tingkat
sekolah dasar (Mr. A, 1999, Mr.B, 2000, Mr.C, 2003)*,
tingkat sekolah menengah (Mr. D, 2006), bahkan tingkat perguruan
tinggi (Mr. E, 2010) oleh sebab itu
dalam kurikulu nasional kemampuan pemecahan masalah dan seterusnya.
Keterangan:
*rangkuman data dari hasil penelitiannya Mr. A pada tahun 1999, Mr.B pada tahun
2000, Mr.C pada tahun 2003 yang menemukan temuan yang sama.
b. Selanjutnya
ungkap fakta-fakta yang terkait masih sulitnya kajian yang ingin dikembangkan.
Kita dapat menyoroti fakta dari sisi kemampuan matematis, sikap siswa ataupun
pembelajaran di kelas. Misalakan kita
akan mengungkap fakta “kemampuan pemecahan masalah”. Perlu diingat fakta harus
didukung dengan data tidak boleh pernyataan yang tendensius tanpa didukung
dengan data. Data dapat diambil dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sebagai contoh:
Kemampuan
pemecahan masalah matematis pada tingkat sekolah masih dalam kategori rendah (Mr.
A, 1999, Mr.B, 2000, Mr.C, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Mr.D
mengungkap bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis masih menjadi persoalan
bagi guru. Temuan lain mengungkapkan bahwa pada siswa yang memiliki kemampuan
sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan non routine (Mr.E, 2013) dan
setersunya.
Kita juga dapat menyoroti bagaimana fakta
pembelajaran di kelas tentang kemampuan pemecahan masalah dengan mengkaji
hasil-hasil penelitian. Misalnya dalam suatu rujukan ditemukan pernyataan:
dalam
pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar, soal-soal yang dikembangkan oleh
guru masih belum menyentuh pada tingkatan kemampuan pemecahan masalah (Mr. A,
1999, Mr.B, 2000, Mr.C, 2003). Disamping itu, guru masih belum dapat menerpakan
metode yang efektif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis (Mr.E,
2003) dan seterusnya.
c. Setelah
mengungkap beberapa fakta hasil penelitian, selanjutnya kita mengungkapkan
perlakuan yang ingin kita lakukan. Yang perlu diperhatikan adalah karakteristik
perlakuan harus sejalan dengan karakteristik kemampuan matematis yang
dikembangkan. Hindari pernyataan-pernyataan yang memaksakan atau missing link antar pernyataan. Sebagai
contoh karakteristik kemampuan pemecahan masalah dapat dijembatani dengan
pembelajaran open ended, kita dapat
menuliskan:
Untuk
mengmbangkan kemampuan pemecahan masalah diperlukan sebuah pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kemampuan pemecahan masala,. salah
satunya adalah pendekatan Open Ended. Pada pendekatan open ended siswa
dihadapkan pada permasalahan terbuka.............(Mr.A, 2007) dan
seterusnya.
Disamping itu ungkapkan juga hasil
penelitian sebelumnya tentang kelebihan-kelebihan pendekatan open ended dalam kaitanya mengembangkan
kemampuan matematis khususnya kemampuan pemecahan masalah.
d. Selanjutnya
kita dapat mengungkapkan dugaan tentang penelitian akan kita lakukan. Sebagai
contoh:
Dari
penjelasan di atas maka dapat diduga bahwa terdapat pengaruh pendekatan open
ended terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan
seterusnya.
e. Perlu
diingat bahwa dalam menyusun paragrap terdapat induk kalimat (kalimat utama)
dan anak kalimat (kalimat penjelas).
Demikin yang dapat
penulis bagikan dalam kesempatan ini, mudah-mudahan dengan tulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pertimbangan dalam menuliskan latar belakang masalah pada proposal penelitian.
Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka
Creswell,
J.W. 2010. Research Design: Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ruseffendi,
E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian
Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito
Terimakasih,,,sangat bermanfaat
ReplyDelete