Al-Zalzalah: Mengkaji
Konsep Titik (Geometri Datar) dengan Suatu Pendekatan Lain
Oleh: Samsul
Maarif
Geometri yang
secara tata bahasa berasal dari bahasa
Yunani kuno “γεωμετρία “ yang terdiri
dari dua buah suku kata yaitu yang berarti geo
(bumi) dan metron (pengukuran).
Sehingga dapat dikatakan bahwa semua yang terkait dengan ukuran benda-benda di
muka bumi dapat dipelajari pada bidang ilmu geometri. Ada beberapa bagian
fundamental pada ilmu geometri yang harus dipahami secara mendasar yaitu konsep
titik, garis dan bidang. Sehingga, konsep-konsep tersebut harus didefinisikan
dengan jelas sehingga tidak ada keslahpahaman konsep (miss conception) dalam pembelajaran.
Greenberg (1994) mendefinisikan
bidang sebgai bangun geometri yang memiliki panjang dan lebar, garis sebagai
bangun geometri yang memiliki panjang tetapi tidak memilki lebar dan titik
adalah bangun geometri yang tidak memiliki panjang dan tidak memiliki lebar. Kita
dapat dengan mudah memahamkan siswa tentang tentantg garis dan bidang ketimbang
memahamkan konsep titik. Sebagai contoh kita dapat memberikan analogi sutu
garis sebagai benang yang ditarik lurus dan bidang sebagai selembar kertas.
Meskipun dalam arti yang sesungguhnya benang dan kertas bukanlah garis ataupun
bidang yang sebenarnya. Akan tetapi, dengan cara itu setidaknya siswa dapat membayangkan bahwa garis dan bidan itu
ada. Bagaimana dengan konsep titik? analogi apa yang dapat kita pakai untuk
menggambarkan titik secara tepat?
Dalam kehidupan sehari-hari simbol titik “.” biasa digunakan
ketika kita menulis suatu kalimat maka diakhiri dengan simbol titik yang
berarti mengakhiri suatu pernyataan dalam bentuk kalimat. Tentunya titik yang
dimaksud berbeda dengan definisi titik pada geometri meskipun secara
penyimbolan sama. Dalam buku The Element
of Euclid didefinisikan bahwa sebuah titik tidak memiliki bagian. Timbul
pertanyaan jika titik tidak memiliki bagian apakah titik memiliki besaran?.
Penulis sering
berselorok pada mahasiswa pada sebuah kesempatan perkuliahan geometri “apakah titik itu berarti sebuah atom yang
tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang terkecil (dalam konsep atom
Dalton) atau bagian dari atom yang meliputi nutron, proton dan elektron (dalam
konsep atom modern)?” jika kita gunakan analogi ini tentunya atom memiliki
besara sehingga sebuah atom dapat diukur dimensinya. Memang sangat sulit untuk menggambarkan sebuah titik dalam kehidupan
sehari-hari. Nampaknya bangun geometri yang satu ini tidak dapat kita ambil
contoh bentuk dan besaranya dalam kehidupan sehari-hari.
Keberadaan titik hanya ada pada alam ide yang kedudukanya sebagai
penyebab dari bentuk dan sifat bangun geometri yang lain. Kita dapat
membayangkanya dalam ide pikiran kita tanpa mempertimbangkan, mengenal atau
juga mengatakan bahwa titik tidak ada. Jadi sebuah titik pada geometri adalah
sebuah kesepakatan untuk menunjukan sebuah bagian yang tidak memiliki bagian.
Sehingga, tentang apakah titik memiliki ukuran, tentunya tidak ada ukuran
kuantitas pada sebuah titik. Tapi, tidak dapat dikatakan pula bahwa kuantitas
dari sebuah titik adalah bernilai nol. Misalkan dengan mengatakan panjang
sebuah titik adalah nol sentimeter. Karena, jika mengatakan bahwa titik
berukuran nol centimeter itu sama halnya bahwa keberadaan titik tidak ada. Sama
seperti kita mengatakan banyaknya air pada sebuah gelas adalah nol sentimeter
kubik yang berarti dalam kegelas itu sama sekali tidak menagandung air.
Artinya, sebuah titik juga bukan sebagai sutau kedudukan yang unik pada ruang.
Penulis ingin
mencoba mengenalkan titik dengan suatu pendekatan Al-Quran yaitu dengan
menyajikan Q.S. Al Zalzaah yang diartikan sebagai berikut:
“Apabila bumi
digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan
beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi
(menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena
sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada
hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 1-8)
Surat di atas
menceritakan kejadian hari qiyamat, tetapi penulis tidak memiliki kapabilitas
untuk menafsirkan surat tersebut secara menyeluruh dengan menggunakan
pendekatan ayat-ayat Al-Quran lain ataupun Hadist. Penulis hanya ingin mencoba
mendekati konsep titik dengan salah satu ayat yang ada di surat tersebut yaitu
ayat 7 dan 8, yaitu:
Tausikal (2014)
menafsirakn dzarrah sebagai ukuran yang sangat kecil atau sepele. Seberapa
kecilnya ukuran tidak dapat di ukur ataupun diwujudkan tetapi balasan itu ada.
Oleh karena itu, karena ukurannya yang kecil manusia sering menyimbolkan titik
dengan noktah yang jika dibandingkan dengan bidang yang diberi noktah maka
perbandingannya sangat jauh. Sehingga,
manusia tidak dapat mengukur sebuah titik tapi keberadaan titik pada geometri
dapat di bayangkan.
Nampaknya analogi untuk menjelaskan konsep titik dengan memperhatikan ayat di atas yang di gambarkan bahwa “sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan maka kita
akan menuai kebaikan
atau sebaliknya sekecil apapun dosa yang kita lakukan maka akan mendapatkan
hukumannya”. Perhatikan baik-baik pernyataan tersebut. Berapa
kecil kebaikan atau
keburukan yang ada dalam
pernyataan itu? tentunya kita tidak bisa menghitungya akan tetapi eksistensi
dari balasan kebaikan
atau keburukan itu ada dan dapat diterima oleh akal. Demikian halnya
sebuah titik yang eksistensinya dalam geometri diakuai akan tetapi berapa besar
atau kecil nilai kuantitas dari sebuah titik tidak dapat ditentukan. Sebuah
titik tidak dapat ditentukan panjang, lebar, volume atau besaran lainya.
Sehingga, sebuah titik harus dipahami secara jelas dalam alam ide bukan
dipahami sebagai benda yang dapat ditentukan secara kuantitas. Sebuah titik
pada bangun geometri akan mendefinisikan konsep-konsep geometri yang lain,
sehingga jika kita bilang titik tidak ada sepertinya kurang tepat.
Apa yang kita
dapat kita ambil khikmah dari pokok bahasan konsep titik kali ini. Manusia
harus dapat menempatkan sebuah titik sebagai dasar untuk selalu berlomba-lomba
kepada kebajikan karena dengan izin Alloh semua kebajikan akan dibalas olehNya
dan selalu menjauhkan bahkan jangan sampai mendekati dosa karena sekecil apapun
dosa yang kita perbuat akan mendapat balasaNya. Fastabikhul khoerotsssss................
Daftar
Pustaka
Euclid.
(1976). The Elemnt of Euclid. Londin:
James and Jhon Knapton.
Greenberg, M. J.(1994). Euclidean and Non-Euclidean Geometries
Development and History. New York: W.H. Freeman and Company.
Tausikal, M. A. (2014). Tafsir Surat Al Zalzalah: Gempa Bumi yang
Dahsyat pada Hari Kiamat.[Online] tersedia di https://muslim.or.id/20170-tafsir-surat-al-zalzalah-gempa-bumi-yang-dahsyat-pada-hari-kiamat.html
diakses pada pukul 17.31 tanggal 9 Februari 2016
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!