Pokoknya Mencari Ilmu
Oleh: Samsul Maarif
Berbicara tentang membangun karakter sebuah bangsa, tentu
tidak akan mengalpha-kan peran serta pendidikan. Pendidikan seperti apa yang
dapat membangun karakter sebuah bangsa, tentunya pendidikan yang dapat
menerapkan prinsip-prinsip keilmuan secara lahiriyah
maupun bathiniayah. Prinsip lahiriyah
dimana pendidikan dapat menciptakan manusia-manusia yang cerdas dengan bidang
keilmuanya untuk menciptakan ssesuatu yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Sedangkan prinsip bathiniyah
menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan akhlak, sikap, kepribadian
dan keimanan sehinggat tercipta manusia yang hidup ber-akhlaqul karimah. Dua prinsip tersebut harus seiring sejalan dilakukan
sehingga benar-benar menciptakan orang yang berilmu yang akan ditingkatkan
derajatnya oleh Alloh SWT, seperti yang tertuang dalam Q.S. Al-Mujadilah ayat
11:
"Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat."
Ilmu seperti apa yang dapat meningkatkan derajat kita?
tentunya ilmu yang bermanfaat yang diridloi oleh Alloh. Untuk mendapatkan ilmu
yang bermanfaat maka penting kiranya bagi para pencari ilmu untuk mengetahui
bagaimana tata cara ataupun adab dalam mencari ilmu. Sebagai seorang pengajar terkadang
merasa prihatin dengan sikap beberapa mahasiswa yang masih mengesampingkan tata
krama dalam mencari ilmu. Bagaimana cara berhurmat kepada guru atau dosen, orientasi
pada nilai ujian yang berujung pada jauhnya nilai-nilai kejujuran (menyontek,
plagiat dan sebagainya), sikap belajar instan, dan kurangnya kesadaran terhadap
keseimbangan bahwa ilmu itu akan membawa kita pada kebahagiaan dunia dan
akhirat. Mungkin lasan-alsan seperti itulah yang menjadikan seseorang tidak dapat mengecap khalawatil ‘lmi atau manisnya ilmu (ilmu
yang bermanfaat). Perkataan banyak “orang pinter tapi keblinger” mungkin benar adanya,
mungkin itu salah satu hal yang dihasilkan dari mencari ilmu tidak sesuai
dengan tuntutan dan tuntunan adab mencari ilmu.
Seseorang yang sedang mencari ilmu
patut memperhatikan pokok-pokok adab dalam mencari ilmu. Sebuah sya’ir dalam kitabul akhlaq yang merupakan ungkapan
Sahabat Ali bin Abi Thalib RA:
“Ala la tanalul
‘ilma illa bi sittatin, saunbika ‘an majmu iha bi bayani, Dzakaaun wakhirsun
washtibarun wabulghotun, wairsyadi ustadzun wathuluz zamanin”
yang artinya: “Ingatlah tidak akan diporeleh ilmu kecuali
ada 6 perkara. Saya akan beritahukan
keseluruhannya secara rinci. Yaitu: Kecerdasan, bersungguh-sungguh, sabar, biaya (pengorbanan materi/ waktu), petunjuk
(bimbingan) guru dan dalam tempo waktu yang lama."
Dari ungkapan Sahabat Ali bin Abi
Thalib RA yang tersurat dalam sebuah syair di atas mungkin dapat menjadi
renungan bagi para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi.
Bahwa dalam menuntut ilmu diperlukan pokok-pokok dalam mencari ilmu.
1. Dzakaa-un (Kecerdasan)
Setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam memiliki
kecerdasan baik secara spiritual, emosional maupun intelektual. Kecerdasan yang
dimiliki seseorang bisa merupakan anugrah atau pemberian Alloh yang disebut muhibbatun minalloh ataupun kecerdasan yang
didapat dari hasil usaha seseorang (muktasab).
Kecerdasan yang berupa anugrah dari Alloh tidak semua orang memilikinya. Hanya
orang-orang pilihan yang dapat memiliki kecerdasan yang kuat. Sebagai contoh
para nabi dan rasul memiliki sifat fathonah
yang meripakan mu’jizat dari
Alloh. Sedangkan kecerdasan yang didapat dari hasil usaha dapat diartikan
sebagai kecerdasan seseorang dalam mengatur dirinya untuk memahami secara
mendalam ilmu yang sedang dipelajarinya.
Seseorang yang sedang menuntut ilmu hendaknya terus
berusaha untuk memahami ilmu yang sedang dipelajari. Tidak ada orang yang bodoh
yang ada adalah orang yang malas untuk belajar sehingga ilmu yang sedang
dipelajari dalam satuan pendidikan tidak berkembang secara baik. Untuk itu, usaha
untuk mengembangkan pengetahuan yang sedang dipelajari harus dilakukan secara
terus menerus hingga pada puncak pemahaman yang optimal.
2. Hirsun
(Bersungguh-sungguh)
“Man jadda wajada “
sebuah ungkapan bahasa arab yang memiliki makna barang sipa yang
bersungguh-sungguh niscaya akan memetik keberhasilan. Ungkapan tersebut sepertinya
sangat relevan bagi seseorang yang sedang mencari ilmu. Kesungguhan dan
ketekunan dalam belajara sangat dibutuhkan bagi para pencari ilmu. Kita ketahui
bersama keberhasilan ilmuan-ilmuan besar karena mereka bersungguh-sungguh dan
bekerja keras pantang menyerah untuk menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi
umat manusia.
Kesungguhan seseorang dalam menuntut ilmu dapat dilihat
cara mereka dalam menghadapi persoalan-persolan yang dihadapi dalam
pembelajaran. Biasanya seorang mahasiswa kan merasa mud menyerah ketika menghadapi suatu persolaan
perkuliahan yang sukar untuk dipecahkan. Ketahanan terhadap tugas perkuliahan
memang banyak diuji dalam pemeblajaran di pergruan tinggi. Seberapa besar motivasi
seorang mahasiswa untuk menyelesaikan persoalan pembelajaran menentukan
kesungguhan seorang mahasiswa dalam menuntut ilmu.
Disamping itu, tidak
mudah merasa puas atas ilmu yang diberikan oleh dosen sangat penting dimiliki
oleh seorang mahasiswa. Perkembangan teknologi memungkinkan seseorang untuk
menggali segala informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan bidang
keilmuanya. Semakin banyak informasi yang diketahui, semakin sadar bahwa ilmu
yang dimilikinya tidak lebih dari cukup. Sehingga, sikap tamak terhadap ilmu penting
adanya bagi mahasiswa untuk terus membagun sikap selalu menggali informasi
sebanyak mungkin.
3. Isthibarun (Sabar)
Menuntut ilmu harus dijalankan secara sabar. Ujian dalam
menuntut ilmu harus dijadikan khikmah oleh seorang mahasiswa untuk mencapai
cita-cita yang diinginkan. Biasanya mahasiswa takut dengan kegagalan. Bahkan
karena rasa takutnya akan gagal, tidak jarang mahasiswa melakukan
tidakan-tidakan yang kurang terpuji (seperti mencontek, plagiat dan lain
sebagainya). Mungkin bagi seorang mahasiswa harus ditanamkan bahwa kegagalan
bukan akhir segalanya. Rasa sabar dalam menghadapi kegagalan akan menumbuhkan
semangat untuk terus belajar lebih keras lagi.
4. Bulghotun (Biaya atau Bekal).
Laksana seseorang yang akan menempuh sebuah perjalanan yang membutuhkan bekal, seseorang juga memerlukan bekal bagi perjalananya dalam menuntut ilmu. Bekal tidak musti harus berupa materi, kerja keras dan kesungguhan merupakan modal besar bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu. Seorang mahasiswa tidak perlu khawatir akan biaya perkuliahan. Banyak beasiswa yang tersedia baik dari pemerintah ataupun swasta. Ketekunan dan kerja keras dibutuhkan oleh seorang mahasiswa untuk meraih beasiswa-beasiswa yang tersedia.
5. Irsyadi Ustadzin (Petunjuk Guru)
Bimbingan seorang dosen sangat dibutuhkan oleh seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa harus aktif untuk bertanya tentang persoalan-persoalan yang dihadapi dalam perkuliahan. Membaca buku ataupun referensi memang sangat penting bagi mahasiswa. Akan tetapi, khadiran dosen dalam bacaan-bacaan yang sudah dilakukan jangan diabaikan. Diskusikan informasi-informasi dari hasil membaca dengan dosen sehingga terjadi suatu interaksi yang dapat menambah kajian secara argumentatif. Disamping itu, hormat kepada dosen harus selalu di jaga. Bagaimanapun rasa takdim terhadap guru menjadikan seorang mahasiswa menemukan keberkahan dari ilmu yang dimiliki oleh gurunya.
6. Thuluz Zamanin (Waktu yang Panjang)
Dalam menuntut ilmu butuh waktu yang lama. Tidak mungkin didapatkan seorang ilmuan besar hanya karena belajar dalam beberapa kurun waktu saja. Maksud pernyataan ini bukan berarti kita menunda-nunda kelulusan, akan tetapi meskipun kita sudah selesai dalam menjalani satuan pendidikan pengembangan ilmu harus terus kita lakukan. Seorang mahasiswa yang telah mendapatkan gelar bukan berarti bebas dari belenggu kata belajar, akan tetapi merupakan langkah awal untuk mengembangkan ilmu yang dimilikinya untuk diaplikasikan dalam masyarakat.
Pokok-pokok dalam mencari ilmu yang telah diuraikan dapat
dijadikan sebagai pedoman seorang mahasiswa dalam perkuliahan. Tentunya dengan menerapkannya diharapkan
seorang mahasiswa akan menjadi pribadi yang berkarakter dan mampu membangun
generasi-genarasi penerus bangsa yang berkarakter. Ilmu yang bermanfaat menjadi
modal besar bagi mahasiswa dalam menjalani hidup untuk memperoleh keberkahan di
dunia dan di akhirat Amiinnn.
Gambar diambil dari https://formassisma9.wordpress.com/2013/03/10/sejuta-kisah-di-al-ilmu/
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!