Berpikir Kritis
Oleh: Samsul Maarif
Kemajuan zaman menjadikan kehidupan semakin bergerak
pesat. Tidak terkeceuali pemikiran kritis anak-anak pada zaman sekarang yang
menurut hemat penulis sudah lebih maju dibandingkan zamannya penulis. Penulis
ingin berbagi sebuah cerita yang dialami penulis, suatu ketika penulis sedang
bermain dengan seorang keponakan yang
berumur kurang lebihnya dua setengah tahun.
Waktu itu kekeponakan penulis ingin buang air kecil dan meminta
penulis untuk menemaninya ke kamar kecil. Penulis bilang ke keponakan “Adekan sudah besar, ke kamar kecilnya sendiri
saja”. Tapi keponakan penulis tidak mau
mintanya diantar karena tidak berani ungkapnya. Lalu penulis bertanya “Kenapa
tidak berani”. Keponakan penulispun
menjawab “tidak berani karena takut ada setan”. Penulispun berkata pada
keponakan “ Ade takut itu jangan sama setan, takut itu hanya pada Alloh”.
Keponakanpun menjawab dengan polosnya “Jadi, Alloh itu lebih seram dari setan
yah..”. Penulispun tidak bisa berkata-kata untuk menjelaskannya. Dari cerita
tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang anak kecil berumur dua tahun sudah
mampu berpikir kritis untuk membandingkan dua hal yang berbeda dengan
menyamakan pada suatu sifat hal yang ditakutinya. Hal ini menandakan pemikiran
kritis sudah barang tentu terbangun oleh kemajuan lingkungan sekitar.
Tidak jarang dari kita memandang bahwa orang yang
berpikir kritis adalah orang yang sering berinterupsi
pada saat rapat ataupun diskusi-siskusi. Seseorang akan menyanggah ataupun
mengkritik darui suatu permasalahan yang menurut pemikirannya tidak tepat
adalah salah satu ciri dari seseorang yang berpikir kritis. Dengan menggunakan
logika berpikirnya menganalisis suatu permasalah dengan sistematis dan kemudian
menentukan hal-hal yang dirasa janggakl tidak sesuai dengan alur berpikirnya
yang kemudian dituangkan pada penentuan solusi dari hal tersebut.
Terdapat beberapa definisi mengenai berpikir Kritis.
Krulik dan Rudnik (Rochaminah, 2005) mendefinisikan berpikir kritis adalah
berpikir yang menguji, menghubungkan dan mengevaluasi semua aspek dari suatu
masalah. Dalam permasalahn yang ditemukan seseorang harus dikaji secara
mendalam dengan menguji solusi dari permasalahan tersebut. Pengujian-pengujian
tentunya dengan menggunakan alur logika menghubungkan hal-hal yang terkait
dengan permasalahan yang telah ditemuinya. Setelah seseorang mampu menemukan
solusi dari suatu permasalahan tentunya tidak langsung menggunakan solusi
tersebut tapi perlu tindakan apakah solusi yang telah didapatkan benar-benar
mampu menyelesaikan suatu permasalahn. Untuk itu mengevaluasi solusi dari
permasalahan menjadi tidak lanjut dari seseorang yang berpikir kritis.
Pemikir kritis secara sistematis menganalisis
aktivitas mental untuk menguji tingkat keandalannya. Mereka tidak menerima
begitu saja cara mengerjakan sesuatu hanya karena selama ini memang begitulah
cara mengerjakannya, dan mereka juga tidak menganggap suatu pertanyaan benar
hanya karena orang lain membenarkannya. Sebagai contoh dalam berbagai
kesempatan pelatihan guru-guru sekolah dasar penulis mengajukan sebuah
pertanyaan “mana yang benar Ï€ = 3,14 atau Ï€ = 22/7 ?”. Hampir semua guru dalam
berbagai kesempatan pelatihan guru-guru SD menjawab semuanya benar. Memang hal
tersebut adalah sebuah missconsept yang
sudah menjadi pembenaran. Padahal, nilai π akan sama dengan perbandingan antara
keliling lingkaran dengan diameternya atau π = k/d. Disini terlihat bahwa
kurangnya berpikir kritis untuk menganalisis hal-hal yang telah biasa untuk
diuji kebenarannya dimana yang benar bahwa π mendekati 3,14 ataupun 22/7 bukan
sama dengan. Karena jika kita menggunakan sama dengan artinya nilai π akan sama
nilainya dengan 3,14 atau 22/7. Oleh sebab itu orang yang berpikir kritis hendaknya
selalu bertanya, “Apakah pernyataan orang itu bebas dari prasangka? Apakah
argumen orang itu logis? Apakah pengungkapannya didasarkan pada informasi yang
benar?”. Pemikir kritis akan selalu memeriksa sebuah dalil ataupun teorema
untuk melihat apakah teorematersebut didukung oleh kebenaran atau merupakan
produk kesalahpahaman yang sudah menjadi pembenaran.
Menurut Ennis (Rahmy, 2012), berpikir kritis adalah
suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasioanal
yang diarahkan untuk memutuskan untuk meyakini atau melakukan sesuatu. Dari
pengertian berpikir kritis tersebut seseorang akan melihat suatu permasalahan
tidak langsung menelan secara mentah-mentah informasi yang didapatkan. Sebaliknya,
mereka yang berpikir kritis akan menggunakan pemikiran logis dan rasional untuk
menganalisis suatu informasi yang didapatkan sehingga dapat mengetahui
unsur-unsur yang diketahui pada informasi tersebut. Sehingga, atas dasar
pemikiran yang rasional tersebut seseorang dapat meyakini kebenaran sebuah
informasi ataupun melakukan revisi dari informasi yang telah didapatkan.
Hanya berpikir kritis, berpikir secara terorganisasi
mengenai proses berpikir kita sendiri dan proses berpikir orang lain yang akan
membekali siswa untuk sebaik mungkin menghadapi informasi yang mereka dengar
dan baca, kejadian yang mereka alami dan keputusan yang mereka buat sendiri.
Hanya berpikir kritislah yang memungkinkan mereka menganalisis pemikiran
sendiri untuk memastikan bahwa mereka telah menentukan pilihan dan menarik
kesimpulan cerdas.
Hambatan bagi seseorang yang berpikiran kritis adalah
tidak diimbanginya mereka dalam kondisi dimana mereka berada. Misalnya seorang
siswa yang kritis menanyakan pembahasan diluar jangkauan guru yang mengajarnya
dan guru tersebut tidak dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang
diinginkan pemikir kritis tersebut. Dan yang lebih parah dari itu adalah guru
tersebut cenderung meluapkan emosi marah karena tidak memiliki kemampuan untuk
menjelaskan jawaban yang dimaksud. Seharusnya seorang guru memberikan ruang
seluas-luasnya pada siswa agar sepaya pemikiran-pemikiran siswa meskipan
terkadang agak sedikit nyeleneh untuk mendapatkan apresiasi.
Demikian, sedikit tulisan yang dapat dibagi pada
tulisan kali ini. Segala macam perdebatan masih memungkinkan sebagai memperkaya
warna keilmuan. Terimaksih.
Gambar diambil dari: http://www.ega.edu/index.php/academics/critical_thinking
Daftar Pustaka
Rochaminah, Sutci. 2005. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Mahasiswa Keguruan. Makalah.
Zulmaulida, Rahmy. 2012. Pembelajaran dengan Pendekatan Proses Berpikir Reflektif terhadap
Kemampuan Koneksi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Tesis SPS UPI.
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya....!